Sabtu, 16 Mei 2015

profil pengemasan dan peranannya dalam produk pangan

I.                   PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Semakin kompleks dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh positif dalam bidang usaha, sehingga mendorong para pengusaha untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang besar, dengan jenis produk yang bervariasi serta kualitas yang memadai. Para pelaku bisnis di industry terus berupaya agar apa yang mereka hasilkan dan mereka tawarkan, diinginkan dan diminati oleh konsumen, yang kemudian akan di beli dalam tingkat pembelian yang maksimum dengan frekunsi pembelian yang tinggi
Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk mampu dalam memilih strategi pemasaran yang akan digunakan secara lebih seksama. Dalam memasarkan produknya harus digunakan strategi pemasaran yang tepat. Pemasaran yang tepat tersebut terbentuk dari kombinasi yang tepat pula antara kualitas, harga, saluran distribusi, desain kemasan dan kegiatan promosi produksi.
Pada saat ini persaingan di dunia bisnis bukan hanyalah sekedar persaingan harga tetapi sudah berkembang menjadi persaingan desain kemasan, dimana perusahaan-perusahaan berlomba-lomba untuk menciptakan desain kemasan yang menarik dan menciptakan citra merek mereka sedalam mungkin ke dalam benak konsumen. Sebaliknya di masyarakat terdapat bermacam-macam jenis orang dengan keinginan dan selera yang berbeda-beda pula. Persaingan yang semakin kuat akan menciptakan customer sendiri-sendiri antar produk karena persaingan itu akan membuat konsumen menjadi yakin dalam memilih dan membeli produk terhadap merek tertentu melalui desain kemasan yang baik. Untuk meyakinkan konsumen agar membeli produk yang di hasilkan dan meningkatkan penjualan di perlukan suatu strategi desain kemasan baik dan pemasaran produk yang baik pula. Salah satu tujuannya yaitu merebut pasar dan memberikan rangsangan kepada konsumen untuk membeli produknya melalui desain kemasan (packaging desain) semenarik mungkin sehingga dapat diminati oleh konsumen.
Kemasan telah menjadi salah satu titik kombinasi dari proses pemasaran, periklanan, merchandising. Peranan kemasan merupakan salah satu alat pemasaran yang dapat memberikan pelayanan sendiri (self service) yaitu menyebutkan cirri-ciri produk untuk meyakinkan konsumen guna melakukan keputusan pembelian dan memberikan kesan yang menguntukan. Kemasan yang baik dapat meningkatkan kemakmuran konsumen berarti konsumen bersedia untuk membayar lebih mahal demi penampilan, kemudahan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik (consumen offluence). Kemasan dapat meningkatkan citra perusahaan dan merk (company and brand image) yaitu mengandung kekuatan jika dirancang secara tepat dan sermat dalam mendapatkan keyakinan konsumen mengenai perusahaan atau mereknya. Dan dapat pula di jadikan sebagai peluang inovasi (innovation opportunity).

1.2    Rumusan Masalah

Dahulu, dapat di katakan bahwa kemasan suatu produk lebih menitiberatkan fungsinya sekedar sebagai pembungkus. Tetapi seiring perkembangan zaman dan prilaku konsumen, kemudian kemasan pun menjadi berkembang lebih jauh dari hanya sekedar pembungkus, tetapi juga sebagai daya tarik dan dapat menciptakan citra produk.
Strategi perusahaan dalam minat mengantisipasi tantangan, peran dan kekuatan kemasan dalam meningkatkan minat beli konsumen sangatlah perlu untuk diketahui oleh para produsen. Kemasan itu harus dapat langsung mencirikan dan membedakan suatu produk atau merek dari yang lain serta mampu memberikan kepuasan dan kenyamanan bagi konsumennya. Selain itu, harus mudah dan murah untuk di produksi, dapat di produksi ulang dengan jumlah besar, sehingga akan memberikan keuntungan dan efesiensi produksi bagi perusahaan. Alhasil, desain kemasan yang baik harus dapat memenuhi keinginan dan kemampuan perusahaan serta di desain sesuai dengan teknologi yang tersedia. Dengan demikian perusahaan berusaha untuk merubah kemasan produk yang ada, menambah kemasan yang baru atau mengambil tindakan yang lain melalui beberapa pengembangan kemasan yang dapat mempengaruhi kebijakan dalam menentukan kemasan produk.
Berhasil tidaknya suatu desain pengemasan dalam menarik konsumen sangatlah tergantung pada presepsi mereka terhadap suatu merek dan desain dari kemasan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menciptakan suatu merek dan desain kemasan yang menarik sehingga dapat menggambarkan manfaat produksi yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen
Dengan demikian, perusahaan harus siap menhadapi persaingan pasar dan harus terus berusaha untuk mempengaruhi keputusan konsumen agar tingkat penjualan terus meningkat dan konsumen tetap loyal pada perusahaan, perusahaan juga harus dapat mencapai targetnya untuk memberikan kepuasaan pada konsumen yang berada di kalangan kelas bawah dengan memberikan harga yang terjangkau.
Mengingat betapa pentingnya suatu kemasan terhadap produk, maka dengan penyusunan makalah ini penulis terlebih dahulu akan membahas dan menguraikan tentang “ pemasaran, minat beli konsumen, perilaku konsumen, dan faktor-faktor desain kemasan ” dalam tinjauan pustaka, untuk melihat keterkaitannya, selanjutnya tentang “ kemasan atau pengemasan ” akan di kupas dalam pembahasan.
1.3    Tujuan Makalah

Dengan melakukan perubahan kemasan, perusahaan telah berhasil mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Oleh karena itu, yang menjadi progresif utama dalam tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk memahami pengertian pengemasan dalam produk
2.      Untuk sumber informasi dan ilmu pengetahuan di kalang mahasiswa dan umum
3.      Untuk memahami hubungan pemasaran, minat beli konsumen dan prilaku konsumen dalam pengemasan
4.      Untuk memenuhi tugas dalam matakuliah pengantar teknologi hasil perikanan
II.                TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Pemasaran
2.1.1        Definisi Pemasaran

Pengertian marketing dapat dilihat dari 2 (dua) sudut pandang yaitu :
1.      Pengertian dari sudut societal (masyarakat) menunjukan peran marketing dalam masyarakat
2.      Sedangkan menurut pandangan marketer, marketing berperan untuk menyampaikan standar hidup yang lebih bagi masyarakat
Menurut Philip Kotler yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2007) pemasaran secara sosial dapat di definisikan bahwa “ pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain ”.
Secara manajerial menurut The American Marketing Assosiation yang di kutip oleh Buchari Alma (2007) adalah “ pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya ”.
Dapat diartikan bahwa marketing adalah proses perencanaan konsepsi, harga, promosi dan distribusi ide, menciptakan peluang memuaskan individu dan sesuai dengan tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Maynard yang dikutip oleh Buchari Alma (2005) menyatakan bahwa “ marketing berarti segala usaha yang meliputi penyaluran barang dan jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi ”. pemasaran merupakan suatu proses dalam menentukan permintaan konsumen akan barang dan jasa, memotivasi penjualan melalui price (harga), product (produk), place (tempat, distribusi) dan Promotion (promosi, iklan) ke konsumen akhir dengan keuntungan sebagai imbalannya.

2.1.2        Bauran Pemasaran

Menurut Philip Kalter yang dialihkan bahasakan oleh Benyamin Molan (2007) bahwa ada 4 (empat) komponen P dalam bauran pemasaran (marketing mix) untuk mempengaruhi saluran perdagangan dan juga konsumen akhir, dapat di gambarkan sebagai berikut :
 Gambar 1. Bauran Pemasaran empat P
(Sumber : Philip Kalter yang dialihkan bahasakan oleh Benyamin Molan)

Empat P di atas menggambarkan pandangan penjual tentang alat-alat pemasaran yang dapat di gunakan untuk mempengaruhi pembeli, yang salah satunya adalah kemasan dimana kemasan merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah produk dalam melakukan promosi yang berguna bagi pemasar dalam menjual produkinya karena kemasan yang dirancang dengan baik dapat menciptakan kenyamanan dan nilai promosi
Dewasa ini pemasaran modern memerlukan lebih dari pada sekedar mengembangkan produk yang baik, menetapkan harga yang menarik, dan membuatnya dapat terjangkau, pelaku bisnis juga harus berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan sekarang dan yang akan dating, dan masyarakat umum. Komunikasi yang efektif dengan konsumen akan menentukan berhasil tidaknya suatu bisnis. Faktor utama yang meneyebabkan semakin pentingnya komunikasi pemasaran adalah perubahan sosial, ekonomi dan persaingan. Komunikasi pemasaran harus berada dalam satu sistem komunikasi pemasaran yang terpadu atau integrated marketing communication, sistem yang saling memeperkuat kesemua elemen.

2.2    Perilaku Pembeli
2.2.1        Perilaku Konsumen

Menerut Leon Schiffiman dan Leslie Lazar Kanuk (2007) dalam bukunya yang berjudul “ Perilaku Konsumen ”, perilaku konsumen di definisikan sebagai berikut :
“ perilaku konsumen adalah cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi ”.

2.2.2        Motif Pembelian

Adapun tujuan dari pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Bidang prilaku konsumen merupakan bidang yang mempelajari bagaimana konsumen memilih, membeli, memakai dan membuang barang dan jasa dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
Menerut Leon Schiffiman dan Leslie Lazar Kanuk (2007) dalam bukunya yang berjudul “ Perilaku Konsumen ”, ada 2 macam perilaku konsumen dalam melakukan pembelian, antara lain sebagai berikut :

1.      Pembelian Percobaan
Ini merupakan tahapan penyelidikan dimana para konsumen berusaha menilai suatu produk melalui pemakaian langsung.
2.      Pembelian Ulang
Biasanya menandakan bahwa produk tersebut memenuhi persetujuan konsumen dan bahwa konsumen bersedia untuk memakainya lagi.
Sedangkan menurut Djaslim Saladin (2003) klasifikasi perilaku pembelian ada 4 (empat) jenis antara lain sebagai berikut :
1)      Perilaku pembelian yang kompleks
Konsumen mengakui keterkaitan yang tinggi dalam proses pembeliannya, harga produk tinggi, jarang dibeli dan memiliki resiko yang tinggi. Perilaku konsumen yang dilakukan akan memulai proses tiga langkah yaitu pertama, mengembangkan kayakinan tentang produk tersebut. Kedua, membangun sikap, dan ketiga, melakukan pilihan (dibeli atau tidak) adanya perubahan nyata.
2)      Perilaku pembelian yang mengurangi ketidak efesienan
Konsumen mengalami keterlibatan tinggi akan tetapi melihat sedikit perbedaan, diantara merek-merek. Disini konsumen akan mengunjungi beberapa tempat atau took untuk mencari produk yang lebih cocok dengan kebutuhannya.
3)      Perilaku pembelian karena kebiasaan
Keterlibatan konsumen rendah sekali dalam proses pembelian karena tidak ada perbedaan nyata diantara berbagai merek dan harga barang relative rendah.
4)      Perilaku pemebelian yang mencari keragaman
Keterlibatan konsumen rendah dan akan di hadapkan pada berbagai pilihan mereka
       Dalam keseharian kehidupannya konsumen berbelanja apa saja yang ia butuhkan, mulai dari komoditi yang sangat di perlukan sampai ke barang yang sebetulnya kurang di perlukan tetapi di beli juga. Semua prilaku ini tentu ada yang mempengaruhinya, baik secara rasional atau pun emosional.
Menurut Buchari Alma (2005) para pembeli memiliki motif-motif pembelian yang mendorong mereka untuk meakukan pembelian. Mengenai buying motives ada 3 (tiga) macam :
a.      Primery buying motives
Adalah motif untuk pembeli yang sebenarnya misalnya, kalau orang mau makan ia akan mencari nasi.
b.      Selective buying motive
Adalah pemilihan terhadap barang ini berdasarkan rasio misalnya, apakah ada keuntungan bila membeli karcis. Seperti seseorang ingin pergi ke Jakarta cukup dengan membeli karcis kereta api kelas ekonomi, tidak perlu kelas eksekutif. Berdasarkan waktu misalnya membeli makanan dalam kaleng yang mudah dibuka agar lebih cepat. Berdasarkan emosional, seperti membeli sesuatu karena orang lain. Jadi selective dapat berbentuk rational buying motive, emotional buying motive atau impulse (dorongan seketika).
c.       Patronage buying motive
Ini dalah selective buying motive yang ditunjukan kepada tempet atau took tertentu. Pemilihan ini biasanya timbul karena layanan memuaskan, tempatnya dekat, cukup persediaan barang. Ada halaman parker, orang-orang besar suka berbelanja kesitu dan sebagainya.

2.3    Hubungan antara Konsumen dengan Minat Beli Konsumen
Konsumen yang tertarik terhadap salah satu produk yang ada, akan memperhatikan produk tersebut dan mengingatnya. Setelah ia memperhatikan produk tersebut maka ia akan tertarik dan merasa menyayangi dan menginginkan produk tersebut. Berikut hubungan desain kemasan dengan keputusan pembelian menurut  Philip Kotler yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2007) dalam bukunya yang berjudul “ Manajeman Pemasaran ”, antara lain sebagai berikut, kemasan yang dirancang dengan baik dapat menciptakan kenyamanan dan nilai promosi, karena kemasan merupakan hal pertama yang di hadapi pembeli menyangkut produk oleh karena itu kemasan mampu mempengaruhi pembeli untuk melakukan keputusan jadi atau tidaknya melakukan pembelian.

2.4    Faktor-Faktor Desain Kemasan
Menurut A. A. Gde Rei Remawa (2009). Kemasan yang baik dan akan digunakan semaksimal mungkin dalam pasar harus mempertimbangkan dan dapat menampilkan beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.
a.       Faktor pengamanan.
Kemasan harus melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapatmenjadi penyebab timbulnya kerusakan barang, misalnya: cuaca, sinar matahari, jatuh, tumpukan, kuman, serangga dan lain-lain. Contohnya, kemasan biskuit yang dapat ditutup kembali agar kerenyahannya tahan lama.
b.      Faktor ekonomi
Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya. Contohnya, produk-produk refill atau isi ulang, produkproduk susu atau makanan bayi dalam karton, dan lain-lain.
c.       Faktor pendistribusian
Kemasan harus mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat distributor, kemudahan penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan. Bentuk dan ukuran kemasan harus direncanakan dan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak sampai menyulitkan peletakan di rak atau tempat pemajangan.
d.      Faktor komunikasi
Sebagai media komunikasi kemasan menerangkan dan mencerminkan produk, citra merek, dan juga bagian dari produksi dengan pertimbangan mudah dilihat, dipahami dan diingat. Misalnya, karena bentuk kemasan yang aneh sehingga produk tidak dapat “diberdirikan”, harus diletakkan pada posisi “tidur” sehingga ada tulisan yang tidak dapat terbaca dengan baik; maka fungsi kemasan sebagai media komunikasi sudah gagal.
e.       Faktor ergonomic.
Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka dan mudah diambil sangatlah penting. Pertimbangan ini selain mempengaruhi bentuk dari kemasan itu sendiri juga mempengaruhi kenyamanan pemakai produk atau konsumen. Contohnya, bentuk botol minyak goreng Tropical yang pada bagian tengahnya diberi cekungan dan tekstur agar mudah dipegang dan tidak licin bila tangan pemakainya terkena minyak.
f.       Faktor estetika.
Keindahan pada kemasan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, huruf, tata letak atau layout, dan maskot . Tujuannya adalah untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.
g.      Faktor identitas.
Secara keseluruhan kemasan harus berbeda dengan kemasan lain, memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan produk-produk yang lain.
h.      Faktor promosi
Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam hal ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan kemasan dapat efektif untukmenarik perhatian konsumen-konsumen baru.
i.        Faktor lingkungan
Kita hidup di dalam era industri dan masyarakat yang berpikiran kritis. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, masalah lingkungan tidak dapat terlepas dari pantauan kita. Trend dalam masyarakat kita akhir-akhir ini adalah kekhawatiran mengenai polusi, salah satunya pembuangan sampah. Salah satunya yang pernah menjadi topik hangat adalah styrofoam. Pada tahun 1990 organisasi-organisasi lingkungan hidup berhasil menekan perusahaan Mc Donalds untuk mendaur ulang kemasan-kemasan mereka. Sekarang ini banyak perusahaan yang menggunakan kemasan-kemasan yang ramah lingkungan (environmentally friendly), dapat didaur ulang (recyclable) atau dapat dipakai ulang (reusable).
Faktor-faktor ini merupakan satu kesatuan yang sangat vital dan saling mendukung dalam keberhasilan penjualan, terlebih di masa sekarang dimana persaingan sangat ketat dan produk dituntut untuk dapat menjual sendiri. Penjualan maksimum tidak akan tercapai apa bila secara keseluruhan penampilan produk tidak dibuat semenarik mungkin. Keberhasilan penjualan tergantung pada citra yang diciptakan oleh kemasan tersebut. Penampilan harus dibuat sedemikian rupa agar konsumen dapat memberikan reaksi spontan, baik secara sadar ataupun tidak. Setelah itu, diharapkan konsumen akan terpengaruh dan melakukan tindakan positif, yaitu melakukan pembelian di tempat penjualan.

III.             KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, setiap perusahaan senantiasa harus berusaha untuk memiliki keunggulan dalam bidang tertentu untuk memenangkan persaingan (competitive advantage), dimana dalam hal ini dapat berupa keungulan dalam pengemasan produk. Saat ini kemasan dianggap dapat menaikan harga barang, namun pada prinsipnya kegiatan pengemasan akan tetap merupakan factor yang harus ikut di perhatikan dalam rancangan produk. Karena kemasan yang dirancang dengan baik dapat menciptakan nilai kenyamanan bagi pelanggan dan nilai promosi bagi produsen.
Sebagai landasan dalam menyusun kerangka pemikiran, penulis memerlukan rujukan pemikiran yang berupa teori, dalil, serta pendapat beberapa para ahli, yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Untuk itu penulis mengemukakan pengertian kemasan menurut Karel Sartory yang dialih bahasakan oleh Buchari Alma (2005) didefinisikan bahwa “ Pembungkus merupakan sejenis kartu nama yang disebarkan beribu-ribu kali ”.
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa kemasan merupakan salah satu kegiatan merancang produk dan memproduksi wadah atau pembungkus untuk suatu produk. Syarat-syarat pembungkus, secara garis besar menurut Buchari Alma (2005) terbagi kedalam 7 bagian yaitu :

a)      Sebagai tempat
Kemasan juga di artikan sebagai tempat berlindungnya pangan dari berbagai bakteri yang mengancam kerusakan pangan dalam produk itu sendiri.
b)      Pembungkus harus menarik
Dengan bungkus yang menarik dapat diharapkan orang akan tertarik untuk mencobanya sehingga akhirnya diharapkan menjadi langganan.
c)      Dapat melindungi
Pembungkus dapat melindungi baik pada waktu masih di gudang, dalam pengangkutan maupun dalam pengedaran di pasar
d)     Praktis
Praktis disini adalah mudah dibawah, mudah di buka dan di tutup kembali, ringan dan sebagainya.
e)      Menimbulkan harga diri
Biasanya pembungkus yang menarik secara otomatis akan dapat menimbulakan harga diri.
f)       Ketepatan ukuran
Ukuran harus pula diperhatikan sebab hal ini erat hubungannya dengan harga.
g)      Pengangkutan
Dalam membuat pembungkus harus pula diperhatikan pengaruhnya terhadap ongkos angkutan
     Berdasarkan pendapat di atas apabila produsen dapat memenuhi sayara-ayarat tersebut maka calon konsumen akan melakukan keputusan pembelian, hingga kelancaran barang-barang akan lebih terjamin.
Agar lebih dapat memahami fungsi pengemasan sebagai alat promosi yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, akan dijelaskan disini mengenai model AIDA + S dari Buchari Alma (2005), yaitu :
Ø  Perhatian (Attention)
Ø  Minat (Interest)
Ø  Hasrat (Desire)
Ø  Tindakan (Action)
Ø  Kepuasan (Satisfication)
Pembungkus harus di desain, di beri warna sedemikian rupa, sehingga menarik perhatian orang yang melihatnya (attentioan). Adanya perhatian ini akan menimbulakan kesan pertama, bagi calon konsumen dan akan meningkatkan menjadi minat lebih dalam (interest), konsumen akan mengamati dari dekat apa gerangan isinya, kemudian emosi konsumen dirangcang dan meningkat menjadi keinginan pembeli (desire). Apabila desire pada diri konsumen telah tercipta maka dapat diharapakan konsumen yang bersangkutan akan membeli barang itu (action). Hal tersebut tidak hanya harus berhenti pada “ action ” dalam pembelian itu saja tetapi kesemuanya itu dapat dikatakan sempurna apabila pada akhirnya konsumen merasa puas dengan pembeliannya (satisfication) sehingga konsumen bersedia mengulangi pembeli produk tersebut. Model ini menunjukan bahwa para konsumen member respon kepada pesan pemasaran dalam urutan berfikir (kognitif), perasaan (affektif) dan melakukan (konaktif).
Melalui perkembangan desain kemasan yang dilakukan oleh perusahaan maka diharapkan akan mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Apabila desain kemasan dapat memenuhi keinginan keputusan pembelian konsumen maka keputusan pembelian pun akan meningkat dan jika desain kemasan tidak dapat memenuhi keinginan konsumen maka hasil penjualan akan berada di bawah tingkat yang diraharapkan oleh perusahaan. Konsumen yang mersa puas merupakan modal dasar bagi perusahaan dalam membentuk loyalitas konsumen, konsumen yang loyal adalah asset yang paling berharga dalam meningkatkan profitas perusahaan.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran, maka dapat di rumuskan suatu hipoteisis makalah secara umum yakni “ Profil Pengemasan dan Peranannya dalam Produk Pangan ”. seperti yang ditujukan pada diagram pada gambar berikut ini.



IV.             PEMBAHASAN 

4.1    Pengemasan
4.1.1        Pengertian pengemasan
Pengemasan merupakan kegiatan kemasan yang memilliki arti khusus dalam ramuan marketing, kemasan (package), yang dulu di namakan “ pembungkus, kepakan, atau paket ”. sebelum kita lebih jauh memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kemasan, terlebih dahulu kita memahami arti dan definisi dari pada kemasan.
Menurut Charles A. Bresrin yang di kutip oleh Buchari Alma (2005) bahwa “ Pembungkus tidak hanya merupakan pelayanan tetapi juga sebagai salamen dan pembawa kepercayaan, dimana suatu pembungkus merupakan penglihatan akhir dari konsumen yang dapat di percaya ”.
Sedangkan menrut Karel Sartory yang di kutip oleh Buchari Alma (2005) menyatakan bahwa “ Pembungkus nerupakan sejenis kartu nama yang di sebarkan beribu-ribu kali ”. gambaran kedua ini sebenarnya sudah cukup untuk menunjukan pentingnya pembungkus.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas perlu digaris bawahi bahwa kemasan memegang peranan yang sangat penting, selain sebagai pembungkus untuk melindungi suatu produk, juga dalam hal ini suatu kemasan haruslah dapat membuat konsumen tertarik untuk mengkonsumsi produk tersebut secara berulang dan hal ini hanya akan berhasil jika merangsang minat beli konsumen dari segi bahan yang di gunakan, diantaranya desain, ukuran, dan warna yang menarik.
4.2    Pengertian Desain Kemasan
Desain kemasan dianggap sebagai investasi yang baik bagi sebagian perusahaan, oleh karena itu, pengertian desain kemasan menurut Philip Kolter yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2007) di definisikan bahwa “ Desain kemasan adalah suatu kegiatan merancang dan memproduksi wadah untuk suatu produk ”.
Manajemen pengemasan dalam produk pangan adalah mendesain kemasan agar terlihat menarik bagi konsumen. Oleh karena itu, dalam kemasan terdapat warna kemasan, jenis kemasan, fungsi kemasan, dan sasaran pengemasan.

4.2.1        Warna Kemasan
Di samping bentuk dari itu sendiri, warna kemasan juga di anggap memiliki dampak yang penting untuk menarik  perhatian konsumen atau pembeli, selain itu persepsi konsumen akan berubah sejalan dengan perubahan warna kemasan, berikut pengertian warna kemasan menurut J Paul dan Jerry C. olson yang dialih bahasakan oleh Damos Sihombing (2003) dalam bukunya yang berjudul “ Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran ”. yaitu “ Warna kemasan adalah menggambarkan suatu makna bagi konsumen serta dapat digunakan secara strategis ”.

4.2.2        Jenis Kemasan
Menurut Philip Kolter yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2007) bahwa wadah atau bungkus terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu :
1.      Kemasan Dasar ( Primary Package)
Adalah kemasan yang di gunakan sebagai kemasan utama, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan produk atau isi.
2.      Kemasan Tambahan (Secondary Package)
Adalah kemasan yang melindungi dan membungkus kemasan dasar atau primer. Kemasan ini adalah merupakan media iklan karena terdapat corak karya seni yang melambangkan produk yang di kemasnya.
3.      Kemasan Pengiriman (Shipping Package)
Adalah kemasan yang di gunakan untuk keperluan pengirimian, penyimpanan, dan identitas terhadap produk. Jenis kemasan ini melindungi kemasan sekunder dan kemasan primer selama proses distribusi dari produsen ke konsumen.
4.2.3        Fungsi Kemasan
Seperti telah di kemumkakan bahwa fungsi pembungkus tidak hanya sebagai pembungkus tetapi lebih luas dari itu, oleh sebab itu menurut Buchari Alma (2005) pembungkus perlu syarat-syarat berikut :
1.      Sebagai tempat atau wadah
2.      Pembungkus yang menarik
3.      Dapat melindungi
4.      Praktis
5.      Menimbulkan harga diri
6.      Ketepatan ukuran, dan
7.      Pengangkutan

4.2.4        Sasaran Pengemasan
Menurut J. Paul. Peter dan Jerry C. olson yang dialih bahasakan oleh Damos Sihombing (2003) dalam bukunya yang berjudul “ Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran ”, ada empet sasaran pengemasan yang harus selalu dpertimbangkan oleh perusahaan, antara lain sebagai berikut :
1.      Kemasan Harus Melindungi
Produk harus terlindungi disepanjang perjalanannya melalui saluran distribusi hingga mencapai sasarannya.
2.      Kemasan Harus Ekonomis
Kemasan tidak menambahkan biaya yang tidak dibutuhkan pada produk
3.      Kemasan Harus Memberikan Kemudahan
Kemasan harus memungkinkan konsumen menyimpan dan menggunakannya dengan mudah.
4.      Kemasan Harus Dapat Dijadikan Promosi
Kemasan secara sfektif dapat di gunakan untuk mempromosikan produk kepada konsumen.

4.3    Tujuan Kemasan
Menurut Komaruddin Sastradipoetra (2003) pengamasan (packaging) yang dahulu sering di sebut “ pembungkusan” bertujuan untuk :
1.      Sebagai alat untuk melindungi
Kemasan yang dirancang dengan tepat akan melindungi produk dari gesekan, benturan, bantingan, perubahan cuaca, air, api, bahan kimia yang dapat merusak, dan bahan lain yang dapat mengurangi mutu, jumlah dan penampilan. Kemasan tersebut menyediakan perlindungan yang cukup ketika suatu produk berada di gudang produsan dalam pemindahan di gudang penjualan borongan, di pagu-pagu pengecer, dan di tangan konsumen yang menjadi pengguna terakhir.
2.      Pengemasan sebagai sarana yang memberikan kemudahan penggunaan
Fungsi kemasan lainnya adalah fungsi yang dapat memberikan kemudahan bagi penggunaan produk oleh para pengga atau konsumen. Oleh karena itu, kemasan harus mudah dibuka dan ditutup tanpa kerusakan yang berarti. Kemasan dapat ditambah dengan alat untuk mengisi tanpa tumpah, tidak berjauhan dengan pagu pengencer dan lemari rumah tangga, tidak boleh terlampau berat atau massif.
3.      Pengemasan sebagai sarana untuk penjualan
Kemasan dapat menjadi pembantu yang bermanfaat ketika pedagang menjual produk yang di kemasnya. Kemasan yang baik dari kemasan lainnya dalam memberikan perlindungan terhadap suatu produk dan sekaligus memberikan kemudahan dalam penggunaannya merupakan alat penjualan yang pasti. Sekali-kali bias jadi orang membeli suatu produk bukan untuk memperoleh produk yang dibungkusnya, namun justru kemasannya. Hal ini mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa kemasan itu berguna untuk keperluan lain, menarik untuk dipajang dan alas an individual lainnya. Kemasan yang baik pun merupakan alat untuk melakukan promosi.
Dari pendapat di atas dapat di jelaskan bahwa fungsi pengemasan itu bertujuan untuk melindungi produk, memberikan kemudahan bagi pemakai dan bertujuan digunakan untuk keperluan penjualan, maka kegiatan manajemen marketing yang kian besar fungsinya itu perlu mempunyai kebijakan yang disusun berdasarkan strategi pengemasan dan memahami tren pengemasan yang terjadi dikemudian hari.
4.3.1        Strategi Pengemasan
Yang dimaksud dengan strategi pengemasan menurut Komaruddin Sastradipoetra (2003) yaitu “ Strategi pengemasan (packaging strategi) dalam manajemen marketing adalah strategi yang meliputi rencana dan metode yang cermat untuk melindungi dan memberikan kemudahan penggunaan produk dan untuk keperluan penjualan dengan cara memberikan kemasan yang tepat pada produk tersebut ”.
Strategi pengemasan harus mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan konsumen, persaingan, kekuatan dan kelemahan organisasi juga tanggung jawab sosial perusahaan. Strategi pengemasan mengawali dengan perkiraan konsumen sasaran dengan cara menentukan keinginan konsumen akan perlindungan, kemudahan pemakaian produk dan informasi yang ada dalam kemasan produk tersebut. Seusai membuat pertimbangan atas hal-hal seperti itu, lebih jauh strategi pengemasan perlu membuat sebuah pembungkus yang memenuhi keinginan sejauh hal itu dapat membantu menghasilkan keuntungan diferensial atas para pesaing di pasar. Dua pertimbangan lainnya dalam strategi pengemasan adalah bahwa pembungkus hendaknya memperhitungkan kekuatan dan kelemahan organisasi dan tanggung jawab social perusahaan kepada public. Suatu perusahaan yang menggunakan sarana angkutan kelas ekonomi, misalnya bias jadi membutuhkan bungkus yang kuat. Disini sarana angkuatan merupakan wilayah yang lemah. Tanggung jawab social strategi pengemasan, misalnya tampak dalam penggunaan bahan-bahan yang tidak mudah hancur atau tidak mudah di daur ulang, seperti botol dan berjenis plastik.
4.3.2        Tren Pengemasan
Yang dimaksud dengan tren pengemasan menurut Komaruddin Sastradipoetra (2003) yaitu “ Tren pengemasan (packaging trend) adalah luasnya arah umum dalam pengemasan sebagai salah satu kegiatan dalam menejemen marketing ”.
Berkaitan dengan tren pengemasan ini paling tidak ada 3 (tiga) buah tren (kecenderungan umum) dalam pengemasan yang terpenting diantaranya :
1.      Pengemasan yang berkiblat pada ekologi
Yaitu pembungkusan yang tidak merusak lingkungan fisik, seperti plastik atau kantong kertas yang dapat hancur dalam waktu pendek
2.      Pengemasan yang berkiblat pada konsumen
Kiblat ini yang mengharuskan manejer marketing tidak hanya diwajibkan untuk mempertimbangkan keinginan konsumen, tetapi juga tidak boleh menyesatkan, mengecoh dan menipunya
3.      Pengemasan yang dirancang agar dapat mendorong penjualan
Sedangkan menurut Buchari Alma (2005) disamping pembungkus menguntungkan konsumen maka bagi produsen pembungkus juga bertujuan untuk :
1.      Melindungi barang-barang yang dibungkusnya sewaktu barang-barang tersebut bergerak melalui proses-proses marketing
2.      Memudahkan pedagang-pedagang eceran untuk membagi-bagi atau memisahkan barang tersebut
3.      Untuk mempertinggi nilai isinya dengan daya tarik yang di timbulkan oleh pembungkus, sehingga menimbulkan cirri-ciri khas produk tersebut.
4.      Untuk identifikasi mudah dikenal karena adanya label/merk yang tertera pada pembungkus
5.      Pembungkus dapat digunakan sebagai alat komunikasi karena membawa berita atau catatan mengenai produk itu.
Berdasarkan penelitian diatas menarik kesimpulan bahwa pembungkus sebagai salesman diam, sperti di super market, disini para pembeli tidak di layani oleh salesman tetapi pembeli cukup mengetahui dan memilih barangnya sendiri dengan mambaca label pada pembungkus.

4.4    Peran Kemasan sebagai Alat Pemasaran
Menurut Philip Kolter yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molen (2007) berbagai faktor telah berperan dalam meningkatnya penggunaan kemasan sebagai alat pemasaran yaitu :
1.      Swalayan
Semakin banyaknya produk yang dijual secara swa-layan. Dalam took serba ada rata-rata yang menyediakan 15.000 jenis produk. Seluruh pembelian dilakukan karena dorongan hati. Oleh karena itu, kemasan harus efektif berperan agar dapat menarik perhatian, menjelaskan fitur produk tersebut, menciptakan keyakinan konsumen dan memberikan kesan yang menyenangkan secara keseluruhan
2.      Kemakmuran konsumen
Meningkatnya kemakmuran konsumen berarti konsumen bersedia membayar sedikit lebih mahal untuk kenyaman, penampilan, keandalan, dan gensi kemasan yang lebih baik
3.      Citra perusahaan dan merek
Kemasan berperan sebagai pengangkuan langsung terhadap perusahaan atau merk tersebut
4.      Peluang inovasi
Pengemasan yang inovatif dapat memberikan manfaat yang besar bagi konsumen dan laba bagi produsen
Dengan adanya peranan kemasan tersebut diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa peranan kemasan tidak hanya mengandalkan strategi dan tren kemasan melainkan juga harus ada program pengemasan dan kemasan sebagai bagian dari produk untuk terdengar lebih lengkap sebagai manajemen pengemasan dalam produk pangan maupun non-pangan.

4.4.1        Program Pengemasan
Semua kegiatan marketing perlu terprogram. Demikian pula halnya dengan penegmasan. Menurut Komaruddin Sastradipoetra (2003) yang dimaksud dengan program pengemasan dalam marketing adalah “ segala rencana yang menetapkan cara pelaksanaan pengemasan produk ”.
Program pengemasan meliputi :
1.      Perencanaan dan pengkoordinasian kegiatan - kegiatan pengembangan pengamasan melalui organisasi
2.      Pelaksanaan riset oleh para ahli yang berpengalaman dalam bidangnya
3.      Pengembangan dan rekayasa yang sesuai dengan tujuan pengemasan dan efisiensi
4.      Pengujian atas hasil pengembangan dan rekayasa yang didasarkan pada hasil riset
5.      Spesifikasi penulisan yang biasanya merupakan gabungan hasil dari spesialis-spesialis dalam bidang marketing dan teknologi
6.      Pemilahan dan pengawasan warna agar sesuai dengan tuntutan pasar dan teknologi
7.      Pengawasan mutu komponen-komponen pengemasan yang merupakan perpaduan antara ahli marketing dan teknologi
8.      Perakitan dan penyimpanan informasi, sampel-sampel, dan sebagainya
9.      Penganalisaan terhadap pengemasan ( produk yang di kembalikan) dan analisis nilai

4.4.2        Kemasan Sebagai Bagian dari produk
Dalam pemasaran suatu produk, pemberian wadah atau kemasan dapat memaikan peran yang kecil (misalnya pada pku, sekrup) atau peran yang penting (misalnya pada kosmetik). Saat ini banyak kalangan orang pemasaran yang menganggap masalah kemasan (package) sebagai factor P kelima sesudah harga (price), produk (product), tempat atau distribusi (place) dan promosi atau iklan (Promotion) akan tetapi kebanyakan orang pemasaran memperlakukan masalah kemasan sebagai salah satu elemen dari strategi produk.
Menurut W.J. Stantion yang di kutip oleh Komaruddin Sastradipoetra (2005) yaitu “ A product is a set of tangible and intangible attributes, including packaging, colour, price, manufactur’s prestige, and manufacture’s and retailer, which the buyer may accept as offering want-satisfication ”. Dapat diartikan bahwa produk ialah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya kemasan, harga, nama baik pabrik, nama baik took yang menjual (pengecer), dan layanan pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya.
Sedangkan menurut Philip Kolter (2005) bahwa “ Produk adalah segala sesuatu yang dapat di tawarkan kepasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang di pasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, cara-cara, orang, tempat, property, organisasi, dan gagasan ”.
Dengan kedua pendapat diatas dapat di golongkan bahwa kemasan merupakan sabagai salah satu ciri formal produk, di samping ciri-ciri lain seperti tingkat kualitas, bentuk, gaya, dan merek. Berdasarkan uraian ini jelaslah bahwa kemasan merupakan bagian integral dari produk yang dibungkusnya.
 Perlu diingat bahwa bahan kemasan terdiri dari berbagai macam. Bahkan dengan perkembangan teknologi seperti sekarang, bahan kemasan jua sudah berkembang begitu pesat. Berbagai penelitian telah menemukan bahan-bahan kemasan baru. Dan kini ada ribuan macam bahan kemasan.
Bahan kemasan secara umum dibagi menjadi 2 macam, yaitu kemasan produk pangan dan kemasan produk non pangan.Kemasan produk pangan umumnya menuntut jaminan keamanan lebih dari pada kemasan produk non pangan.
 Apa saja jenis kemasan plastic yang termasuk kemasan produk pangan ???
1.      PET : singkatan dari Poly Ethylene Theraphalate, berfungsi untuk mengemas produk yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap udara.
2.      Nylon : merupakan gabungan dari PET dan OPP, berfungsi untuk mengemas produk yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap udara dan kelembaban.
3.      OPP : singkatan dari Oriented Poly Propylene, berfungsi untuk mengemas produk yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap kelembaban.
4.      PVC : singkatan dari Poly Vinyl Citrid, mengeluarkan gas beracun bila terkena panas, sehingga penggunaannya untuk poduk pangan hanya diijinkan untuk kemasan luar saja.
5.      PO : singkatan dari Poly Olyvin, fungsinya hanya untuk tampilan keindahan pada kemasan.Warnanya yang bening dan sangat transparan, menghasilkan efek kilap pada kemasan.
6.      PE : singkatan dari Poly Ethylene, fungsinya dalam dunia kemasan terkenal sebagai seal layer-lapisan perekat.
http://.www.hariyano.hasantua.com
7.      PP : singkatan dari Poly Propylene, fungsinya dalam dunia kemasan sering dipakai untuk pelapis bahan kemasan lainnya, sebagai seal layer, maupun sebagai kemasan yang berdiri sendiri.

V.                PENUTUP
5.1    Simpulan
Makalah ini berisikan tentang pengemasan. Oleh sebab itu, dari sekian pembahasan di simpulkan sebagai berikut :
1.      Kemasan memegang peranan yang sangat penting, selain sebagai pembungkus untuk melindungi suatu produk, juga dalam hal ini suatu kemasan haruslah dapat membuat konsumen tertarik untuk mengkonsumsi produk tersebut secara berulang dan hal ini hanya akan berhasil jika merangsang minat beli konsumen dari segi bahan yang di gunakan, diantaranya desain, ukuran, dan warna yang menarik.
2.      peranan kemasan tidak hanya mengandalkan strategi dan tren kemasan melainkan juga harus ada program pengemasan dan kemasan sebagai bagian dari produk untuk terdengar lebih lengkap sebagai manajemen pengemasan dalam produk pangan maupun non-pangan.
3.      kemasan merupakan sabagai salah satu ciri formal produk, di samping ciri-ciri lain seperti tingkat kualitas, bentuk, gaya, dan merek. Berdasarkan uraian ini jelaslah bahwa kemasan merupakan bagian integral dari produk yang dibungkusnya.
4.      Bahan kemasan secara umum dibagi menjadi 2 macam, yaitu kemasan produk pangan dan kemasan produk non pangan.Kemasan produk pangan umumnya menuntut jaminan keamanan lebih dari pada kemasan produk non pangan.

5.2    Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, di butuhkan saran berupa kritik, solusi, dan masukan yang positif demi menyepurnakan makalah ini, sehingga penulis bisa menyempurnakan makalah yang akan datang.
Perlu diingat bahwa bahan kemasan terdiri dari berbagai macam. Bahkan dengan perkembangan teknologi seperti sekarang, bahan kemasan jua sudah berkembang begitu pesat. Berbagai penelitian telah menemukan bahan-bahan kemasan baru. Dan kini ada ribuan macam bahan kemasan.
Makalah ini diharapkan akan memberikan pemahaman yang bersifat ilmu pengetahuan mengenai dengan pengemasan. Olenya itu, penulis menghimbau bagi mahasiswa dan para pelajar maupun umum untuk membacanya, “ sedikit membaca lebih baik dari pada tidak sama sekali ”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar