I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Semakin kompleks dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi memberikan pengaruh positif dalam bidang usaha, sehingga
mendorong para pengusaha untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang besar,
dengan jenis produk yang bervariasi serta kualitas yang memadai. Para pelaku
bisnis di industry terus berupaya agar apa yang mereka hasilkan dan mereka
tawarkan, diinginkan dan diminati oleh konsumen, yang kemudian akan di beli
dalam tingkat pembelian yang maksimum dengan frekunsi pembelian yang tinggi
Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk mampu dalam
memilih strategi pemasaran yang akan digunakan secara lebih seksama. Dalam
memasarkan produknya harus digunakan strategi pemasaran yang tepat. Pemasaran
yang tepat tersebut terbentuk dari kombinasi yang tepat pula antara kualitas,
harga, saluran distribusi, desain kemasan dan kegiatan promosi produksi.
Pada saat ini persaingan di dunia bisnis bukan hanyalah
sekedar persaingan harga tetapi sudah berkembang menjadi persaingan desain
kemasan, dimana perusahaan-perusahaan berlomba-lomba untuk menciptakan desain
kemasan yang menarik dan menciptakan citra merek mereka sedalam mungkin ke
dalam benak konsumen. Sebaliknya di masyarakat terdapat bermacam-macam jenis
orang dengan keinginan dan selera yang berbeda-beda pula. Persaingan yang
semakin kuat akan menciptakan customer
sendiri-sendiri antar produk karena persaingan itu akan membuat konsumen
menjadi yakin dalam memilih dan membeli produk terhadap merek tertentu melalui
desain kemasan yang baik. Untuk meyakinkan konsumen agar membeli produk yang di
hasilkan dan meningkatkan penjualan di perlukan suatu strategi desain kemasan
baik dan pemasaran produk yang baik pula. Salah satu tujuannya yaitu merebut
pasar dan memberikan rangsangan kepada konsumen untuk membeli produknya melalui
desain kemasan (packaging desain)
semenarik mungkin sehingga dapat diminati oleh konsumen.
Kemasan telah menjadi salah satu titik kombinasi dari proses
pemasaran, periklanan, merchandising.
Peranan kemasan merupakan salah satu alat pemasaran yang dapat memberikan
pelayanan sendiri (self service)
yaitu menyebutkan cirri-ciri produk untuk meyakinkan konsumen guna melakukan
keputusan pembelian dan memberikan kesan yang menguntukan. Kemasan yang baik
dapat meningkatkan kemakmuran konsumen berarti konsumen bersedia untuk membayar
lebih mahal demi penampilan, kemudahan, ketergantungan dan prestise dari
kemasan yang lebih baik (consumen offluence).
Kemasan dapat meningkatkan citra perusahaan dan merk (company and brand image) yaitu mengandung kekuatan jika dirancang
secara tepat dan sermat dalam mendapatkan keyakinan konsumen mengenai
perusahaan atau mereknya. Dan dapat pula di jadikan sebagai peluang inovasi (innovation opportunity).
1.2
Rumusan Masalah
Dahulu, dapat di
katakan bahwa kemasan suatu produk lebih menitiberatkan fungsinya sekedar
sebagai pembungkus. Tetapi seiring perkembangan zaman dan prilaku konsumen,
kemudian kemasan pun menjadi berkembang lebih jauh dari hanya sekedar
pembungkus, tetapi juga sebagai daya tarik dan dapat menciptakan citra produk.
Strategi
perusahaan dalam minat mengantisipasi tantangan, peran dan kekuatan kemasan
dalam meningkatkan minat beli konsumen sangatlah perlu untuk diketahui oleh
para produsen. Kemasan itu harus dapat langsung mencirikan dan membedakan suatu
produk atau merek dari yang lain serta mampu memberikan kepuasan dan kenyamanan
bagi konsumennya. Selain itu, harus mudah dan murah untuk di produksi, dapat di
produksi ulang dengan jumlah besar, sehingga akan memberikan keuntungan dan
efesiensi produksi bagi perusahaan. Alhasil, desain kemasan yang baik harus
dapat memenuhi keinginan dan kemampuan perusahaan serta di desain sesuai dengan
teknologi yang tersedia. Dengan demikian perusahaan berusaha untuk merubah
kemasan produk yang ada, menambah kemasan yang baru atau mengambil tindakan
yang lain melalui beberapa pengembangan kemasan yang dapat mempengaruhi
kebijakan dalam menentukan kemasan produk.
Berhasil
tidaknya suatu desain pengemasan dalam menarik konsumen sangatlah tergantung
pada presepsi mereka terhadap suatu merek dan desain dari kemasan tersebut.
Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menciptakan suatu merek dan desain
kemasan yang menarik sehingga dapat menggambarkan manfaat produksi yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan konsumen
Dengan demikian,
perusahaan harus siap menhadapi persaingan pasar dan harus terus berusaha untuk
mempengaruhi keputusan konsumen agar tingkat penjualan terus meningkat dan
konsumen tetap loyal pada perusahaan, perusahaan juga harus dapat mencapai
targetnya untuk memberikan kepuasaan pada konsumen yang berada di kalangan
kelas bawah dengan memberikan harga yang terjangkau.
Mengingat betapa
pentingnya suatu kemasan terhadap produk, maka dengan penyusunan makalah ini
penulis terlebih dahulu akan membahas dan menguraikan tentang “ pemasaran,
minat beli konsumen, perilaku konsumen, dan faktor-faktor desain kemasan ”
dalam tinjauan pustaka, untuk melihat keterkaitannya, selanjutnya tentang “
kemasan atau pengemasan ” akan di kupas dalam pembahasan.
1.3
Tujuan Makalah
Dengan melakukan
perubahan kemasan, perusahaan telah berhasil mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen. Oleh karena itu, yang menjadi progresif utama dalam tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk memahami pengertian pengemasan dalam produk
2.
Untuk sumber informasi dan ilmu pengetahuan di kalang
mahasiswa dan umum
3.
Untuk memahami hubungan pemasaran, minat beli konsumen dan
prilaku konsumen dalam pengemasan
4.
Untuk memenuhi tugas dalam matakuliah pengantar teknologi
hasil perikanan
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pemasaran
2.1.1
Definisi Pemasaran
Pengertian marketing dapat dilihat dari 2 (dua)
sudut pandang yaitu :
1.
Pengertian dari sudut societal
(masyarakat) menunjukan peran marketing dalam masyarakat
2.
Sedangkan menurut pandangan marketer, marketing berperan
untuk menyampaikan standar hidup yang lebih bagi masyarakat
Menurut Philip Kotler yang dialih
bahasakan oleh Benyamin Molan (2007) pemasaran secara sosial dapat di
definisikan bahwa “ pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai
dengan pihak lain ”.
Secara manajerial menurut The American Marketing Assosiation yang
di kutip oleh Buchari Alma (2007) adalah “ pemasaran adalah satu fungsi
organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan
menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara
yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya ”.
Dapat diartikan bahwa marketing
adalah proses perencanaan konsepsi, harga, promosi dan distribusi ide,
menciptakan peluang memuaskan individu dan sesuai dengan tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Maynard yang
dikutip oleh Buchari Alma (2005) menyatakan bahwa “ marketing berarti segala
usaha yang meliputi penyaluran barang dan jasa dari sektor produksi ke sektor
konsumsi ”. pemasaran merupakan suatu proses dalam menentukan permintaan
konsumen akan barang dan jasa, memotivasi penjualan melalui price (harga), product (produk), place
(tempat, distribusi) dan Promotion
(promosi, iklan) ke konsumen akhir dengan keuntungan sebagai imbalannya.
2.1.2
Bauran Pemasaran
Menurut Philip
Kalter yang dialihkan bahasakan oleh Benyamin Molan (2007) bahwa ada 4 (empat)
komponen P dalam bauran pemasaran (marketing mix) untuk mempengaruhi saluran
perdagangan dan juga konsumen akhir, dapat di gambarkan sebagai berikut :
Gambar
1. Bauran Pemasaran empat P
(Sumber : Philip Kalter yang dialihkan
bahasakan oleh Benyamin Molan)
Empat P di atas
menggambarkan pandangan penjual tentang alat-alat pemasaran yang dapat di
gunakan untuk mempengaruhi pembeli, yang salah satunya adalah kemasan dimana
kemasan merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah produk dalam melakukan
promosi yang berguna bagi pemasar dalam menjual produkinya karena kemasan yang
dirancang dengan baik dapat menciptakan kenyamanan dan nilai promosi
Dewasa ini
pemasaran modern memerlukan lebih dari pada sekedar mengembangkan produk yang
baik, menetapkan harga yang menarik, dan membuatnya dapat terjangkau, pelaku
bisnis juga harus berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan sekarang
dan yang akan dating, dan masyarakat umum. Komunikasi yang efektif dengan
konsumen akan menentukan berhasil tidaknya suatu bisnis. Faktor utama yang
meneyebabkan semakin pentingnya komunikasi pemasaran adalah perubahan sosial, ekonomi
dan persaingan. Komunikasi pemasaran harus berada dalam satu sistem komunikasi
pemasaran yang terpadu atau integrated
marketing communication, sistem yang saling memeperkuat kesemua elemen.
2.2
Perilaku Pembeli
2.2.1
Perilaku Konsumen
Menerut Leon
Schiffiman dan Leslie Lazar Kanuk (2007) dalam bukunya yang berjudul “ Perilaku
Konsumen ”, perilaku konsumen di definisikan sebagai berikut :
“ perilaku
konsumen adalah cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber
daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang
berhubungan dengan konsumsi ”.
2.2.2
Motif Pembelian
Adapun tujuan
dari pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Bidang prilaku konsumen merupakan bidang yang mempelajari bagaimana konsumen
memilih, membeli, memakai dan membuang barang dan jasa dalam rangka memuaskan
kebutuhan dan keinginan mereka.
Menerut Leon
Schiffiman dan Leslie Lazar Kanuk (2007) dalam bukunya yang berjudul “ Perilaku
Konsumen ”, ada 2 macam perilaku konsumen dalam melakukan pembelian, antara
lain sebagai berikut :
1.
Pembelian Percobaan
Ini merupakan
tahapan penyelidikan dimana para konsumen berusaha menilai suatu produk melalui
pemakaian langsung.
2.
Pembelian Ulang
Biasanya
menandakan bahwa produk tersebut memenuhi persetujuan konsumen dan bahwa
konsumen bersedia untuk memakainya lagi.
Sedangkan
menurut Djaslim Saladin (2003) klasifikasi perilaku pembelian ada 4 (empat)
jenis antara lain sebagai berikut :
1)
Perilaku pembelian yang kompleks
Konsumen
mengakui keterkaitan yang tinggi dalam proses pembeliannya, harga produk
tinggi, jarang dibeli dan memiliki resiko yang tinggi. Perilaku konsumen yang
dilakukan akan memulai proses tiga langkah yaitu pertama, mengembangkan
kayakinan tentang produk tersebut. Kedua, membangun sikap, dan ketiga,
melakukan pilihan (dibeli atau tidak) adanya perubahan nyata.
2)
Perilaku pembelian yang mengurangi ketidak efesienan
Konsumen
mengalami keterlibatan tinggi akan tetapi melihat sedikit perbedaan, diantara
merek-merek. Disini konsumen akan mengunjungi beberapa tempat atau took untuk
mencari produk yang lebih cocok dengan kebutuhannya.
3)
Perilaku pembelian karena kebiasaan
Keterlibatan
konsumen rendah sekali dalam proses pembelian karena tidak ada perbedaan nyata
diantara berbagai merek dan harga barang relative rendah.
4)
Perilaku pemebelian yang mencari keragaman
Keterlibatan
konsumen rendah dan akan di hadapkan pada berbagai pilihan mereka
Dalam keseharian kehidupannya konsumen
berbelanja apa saja yang ia butuhkan, mulai dari komoditi yang sangat di
perlukan sampai ke barang yang sebetulnya kurang di perlukan tetapi di beli
juga. Semua prilaku ini tentu ada yang mempengaruhinya, baik secara rasional
atau pun emosional.
Menurut Buchari
Alma (2005) para pembeli memiliki motif-motif pembelian yang mendorong mereka
untuk meakukan pembelian. Mengenai buying
motives ada 3 (tiga) macam :
a.
Primery buying
motives
Adalah motif
untuk pembeli yang sebenarnya misalnya, kalau orang mau makan ia akan mencari
nasi.
b.
Selective buying
motive
Adalah pemilihan
terhadap barang ini berdasarkan rasio misalnya, apakah ada keuntungan bila
membeli karcis. Seperti seseorang ingin pergi ke Jakarta cukup dengan membeli
karcis kereta api kelas ekonomi, tidak perlu kelas eksekutif. Berdasarkan waktu
misalnya membeli makanan dalam kaleng yang mudah dibuka agar lebih cepat.
Berdasarkan emosional, seperti membeli sesuatu karena orang lain. Jadi
selective dapat berbentuk rational buying motive, emotional buying motive atau
impulse (dorongan seketika).
c.
Patronage buying
motive
Ini dalah selective buying motive yang ditunjukan
kepada tempet atau took tertentu. Pemilihan ini biasanya timbul karena layanan
memuaskan, tempatnya dekat, cukup persediaan barang. Ada halaman parker,
orang-orang besar suka berbelanja kesitu dan sebagainya.
2.3
Hubungan antara
Konsumen dengan Minat Beli Konsumen
Konsumen yang
tertarik terhadap salah satu produk yang ada, akan memperhatikan produk
tersebut dan mengingatnya. Setelah ia memperhatikan produk tersebut maka ia
akan tertarik dan merasa menyayangi dan menginginkan produk tersebut. Berikut
hubungan desain kemasan dengan keputusan pembelian menurut Philip Kotler yang dialih bahasakan oleh
Benyamin Molan (2007) dalam bukunya yang berjudul “ Manajeman Pemasaran ”,
antara lain sebagai berikut, kemasan yang dirancang dengan baik dapat
menciptakan kenyamanan dan nilai promosi, karena kemasan merupakan hal pertama
yang di hadapi pembeli menyangkut produk oleh karena itu kemasan mampu
mempengaruhi pembeli untuk melakukan keputusan jadi atau tidaknya melakukan
pembelian.
2.4
Faktor-Faktor
Desain Kemasan
Menurut A. A. Gde Rei Remawa (2009). Kemasan yang
baik dan akan digunakan semaksimal mungkin dalam pasar harus mempertimbangkan
dan dapat menampilkan beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.
a. Faktor
pengamanan.
Kemasan harus melindungi produk terhadap
berbagai kemungkinan yang dapatmenjadi penyebab timbulnya kerusakan barang,
misalnya: cuaca, sinar matahari, jatuh, tumpukan, kuman, serangga dan
lain-lain. Contohnya, kemasan biskuit yang dapat ditutup kembali agar
kerenyahannya tahan lama.
b. Faktor
ekonomi
Perhitungan biaya produksi yang efektif
termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya.
Contohnya, produk-produk refill atau isi ulang, produkproduk susu atau
makanan bayi dalam karton, dan lain-lain.
c. Faktor
pendistribusian
Kemasan harus mudah didistribusikan dari
pabrik ke distributor atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat
distributor, kemudahan penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan. Bentuk
dan ukuran kemasan harus direncanakan dan dirancang sedemikian rupa sehingga
tidak sampai menyulitkan peletakan di rak atau tempat pemajangan.
d. Faktor
komunikasi
Sebagai media komunikasi kemasan
menerangkan dan mencerminkan produk, citra merek, dan juga bagian dari produksi
dengan pertimbangan mudah dilihat, dipahami dan diingat. Misalnya, karena
bentuk kemasan yang aneh sehingga produk tidak dapat “diberdirikan”, harus
diletakkan pada posisi “tidur” sehingga ada tulisan yang tidak dapat terbaca
dengan baik; maka fungsi kemasan sebagai media komunikasi sudah gagal.
e. Faktor
ergonomic.
Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa
atau dipegang, dibuka dan mudah diambil sangatlah penting. Pertimbangan ini
selain mempengaruhi bentuk dari kemasan itu sendiri juga mempengaruhi
kenyamanan pemakai produk atau konsumen. Contohnya, bentuk botol minyak goreng
Tropical yang pada bagian tengahnya diberi cekungan dan tekstur agar mudah
dipegang dan tidak licin bila tangan pemakainya terkena minyak.
f. Faktor
estetika.
Keindahan pada kemasan merupakan daya
tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau
logo, ilustrasi, huruf, tata letak atau layout, dan maskot . Tujuannya
adalah untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.
g. Faktor
identitas.
Secara keseluruhan kemasan harus berbeda
dengan kemasan lain, memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan
dibedakan dengan produk-produk yang lain.
h. Faktor
promosi
Kemasan mempunyai peranan penting dalam
bidang promosi, dalam hal ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person.
Peningkatan kemasan dapat efektif untukmenarik perhatian konsumen-konsumen
baru.
i.
Faktor lingkungan
Kita hidup di dalam era industri dan
masyarakat yang berpikiran kritis. Dalam situasi dan kondisi seperti ini,
masalah lingkungan tidak dapat terlepas dari pantauan kita. Trend dalam
masyarakat kita akhir-akhir ini adalah kekhawatiran mengenai polusi, salah
satunya pembuangan sampah. Salah satunya yang pernah menjadi topik hangat
adalah styrofoam. Pada tahun 1990 organisasi-organisasi lingkungan hidup
berhasil menekan perusahaan Mc Donalds untuk mendaur ulang kemasan-kemasan
mereka. Sekarang ini banyak perusahaan yang menggunakan kemasan-kemasan yang
ramah lingkungan (environmentally friendly), dapat didaur ulang (recyclable)
atau dapat dipakai ulang (reusable).
Faktor-faktor ini merupakan satu kesatuan yang
sangat vital dan saling mendukung dalam keberhasilan penjualan, terlebih di
masa sekarang dimana persaingan sangat ketat dan produk dituntut untuk dapat
menjual sendiri. Penjualan maksimum tidak akan tercapai apa bila secara keseluruhan
penampilan produk tidak dibuat semenarik mungkin. Keberhasilan penjualan
tergantung pada citra yang diciptakan oleh kemasan tersebut. Penampilan harus
dibuat sedemikian rupa agar konsumen dapat memberikan reaksi spontan, baik
secara sadar ataupun tidak. Setelah itu, diharapkan konsumen akan terpengaruh
dan melakukan tindakan positif, yaitu melakukan pembelian di tempat penjualan.
III.
KERANGKA
PEMIKIRAN
Dalam mempertahankan kelangsungan
hidup usahanya, setiap perusahaan senantiasa harus berusaha untuk memiliki
keunggulan dalam bidang tertentu untuk memenangkan persaingan (competitive
advantage), dimana dalam hal ini dapat berupa keungulan dalam pengemasan
produk. Saat ini kemasan dianggap dapat menaikan harga barang, namun pada
prinsipnya kegiatan pengemasan akan tetap merupakan factor yang harus ikut di
perhatikan dalam rancangan produk. Karena kemasan yang dirancang dengan baik
dapat menciptakan nilai kenyamanan bagi pelanggan dan nilai promosi bagi
produsen.
Sebagai landasan dalam menyusun
kerangka pemikiran, penulis memerlukan rujukan pemikiran yang berupa teori, dalil,
serta pendapat beberapa para ahli, yang tidak diragukan lagi kebenarannya.
Untuk itu penulis mengemukakan pengertian kemasan menurut Karel Sartory yang
dialih bahasakan oleh Buchari Alma (2005) didefinisikan bahwa “ Pembungkus
merupakan sejenis kartu nama yang disebarkan beribu-ribu kali ”.
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa
kemasan merupakan salah satu kegiatan merancang produk dan memproduksi wadah
atau pembungkus untuk suatu produk. Syarat-syarat pembungkus, secara garis
besar menurut Buchari Alma (2005) terbagi kedalam 7 bagian yaitu :
a) Sebagai tempat
Kemasan juga di artikan sebagai
tempat berlindungnya pangan dari berbagai bakteri yang mengancam kerusakan
pangan dalam produk itu sendiri.
b) Pembungkus harus menarik
Dengan bungkus yang menarik dapat
diharapkan orang akan tertarik untuk mencobanya sehingga akhirnya diharapkan
menjadi langganan.
c) Dapat melindungi
Pembungkus dapat melindungi baik
pada waktu masih di gudang, dalam pengangkutan maupun dalam pengedaran di pasar
d) Praktis
Praktis disini adalah mudah dibawah,
mudah di buka dan di tutup kembali, ringan dan sebagainya.
e) Menimbulkan harga diri
Biasanya pembungkus yang menarik
secara otomatis akan dapat menimbulakan harga diri.
f) Ketepatan ukuran
Ukuran harus pula diperhatikan sebab
hal ini erat hubungannya dengan harga.
g) Pengangkutan
Dalam membuat pembungkus harus pula
diperhatikan pengaruhnya terhadap ongkos angkutan
Berdasarkan pendapat di atas apabila
produsen dapat memenuhi sayara-ayarat tersebut maka calon konsumen akan
melakukan keputusan pembelian, hingga kelancaran barang-barang akan lebih
terjamin.
Agar lebih dapat memahami fungsi pengemasan sebagai alat
promosi yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, akan dijelaskan
disini mengenai model AIDA + S dari Buchari Alma (2005), yaitu :
Ø Perhatian (Attention)
Ø Minat (Interest)
Ø Hasrat (Desire)
Ø Tindakan (Action)
Ø Kepuasan (Satisfication)
Pembungkus harus di desain, di beri warna sedemikian rupa,
sehingga menarik perhatian orang yang melihatnya (attentioan). Adanya perhatian ini akan menimbulakan kesan pertama,
bagi calon konsumen dan akan meningkatkan menjadi minat lebih dalam (interest), konsumen akan mengamati dari
dekat apa gerangan isinya, kemudian emosi konsumen dirangcang dan meningkat
menjadi keinginan pembeli (desire).
Apabila desire pada diri konsumen telah tercipta maka dapat diharapakan konsumen
yang bersangkutan akan membeli barang itu (action).
Hal tersebut tidak hanya harus berhenti pada “ action ” dalam pembelian itu saja tetapi kesemuanya itu dapat
dikatakan sempurna apabila pada akhirnya konsumen merasa puas dengan
pembeliannya (satisfication) sehingga
konsumen bersedia mengulangi pembeli produk tersebut. Model ini menunjukan
bahwa para konsumen member respon kepada pesan pemasaran dalam urutan berfikir
(kognitif), perasaan (affektif) dan melakukan (konaktif).
Melalui perkembangan desain kemasan yang dilakukan oleh
perusahaan maka diharapkan akan mampu mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen. Apabila desain kemasan dapat memenuhi keinginan keputusan pembelian
konsumen maka keputusan pembelian pun akan meningkat dan jika desain kemasan
tidak dapat memenuhi keinginan konsumen maka hasil penjualan akan berada di
bawah tingkat yang diraharapkan oleh perusahaan. Konsumen yang mersa puas
merupakan modal dasar bagi perusahaan dalam membentuk loyalitas konsumen,
konsumen yang loyal adalah asset yang paling berharga dalam meningkatkan
profitas perusahaan.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran, maka dapat di
rumuskan suatu hipoteisis makalah secara umum yakni “ Profil Pengemasan dan Peranannya dalam Produk Pangan ”. seperti
yang ditujukan pada diagram pada gambar berikut ini.
IV.
PEMBAHASAN
|
4.1
Pengemasan
4.1.1
Pengertian pengemasan
Pengemasan
merupakan kegiatan kemasan yang memilliki arti khusus dalam ramuan marketing,
kemasan (package), yang dulu di namakan “ pembungkus, kepakan, atau paket ”.
sebelum kita lebih jauh memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan
kemasan, terlebih dahulu kita memahami arti dan definisi dari pada kemasan.
Menurut
Charles A. Bresrin yang di kutip oleh Buchari Alma (2005) bahwa “ Pembungkus
tidak hanya merupakan pelayanan tetapi juga sebagai salamen dan pembawa
kepercayaan, dimana suatu pembungkus merupakan penglihatan akhir dari konsumen
yang dapat di percaya ”.
Sedangkan
menrut Karel Sartory yang di kutip oleh Buchari Alma (2005) menyatakan bahwa “
Pembungkus nerupakan sejenis kartu nama yang di sebarkan beribu-ribu kali ”.
gambaran kedua ini sebenarnya sudah cukup untuk menunjukan pentingnya
pembungkus.
Berdasarkan
pengertian-pengertian diatas perlu digaris bawahi bahwa kemasan memegang
peranan yang sangat penting, selain sebagai pembungkus untuk melindungi suatu
produk, juga dalam hal ini suatu kemasan haruslah dapat membuat konsumen tertarik
untuk mengkonsumsi produk tersebut secara berulang dan hal ini hanya akan
berhasil jika merangsang minat beli konsumen dari segi bahan yang di gunakan,
diantaranya desain, ukuran, dan warna yang menarik.
4.2
Pengertian
Desain Kemasan
Desain kemasan
dianggap sebagai investasi yang baik bagi sebagian perusahaan, oleh karena itu,
pengertian desain kemasan menurut Philip Kolter yang dialih bahasakan oleh
Benyamin Molan (2007) di definisikan bahwa “ Desain kemasan adalah suatu
kegiatan merancang dan memproduksi wadah untuk suatu produk ”.
Manajemen pengemasan dalam produk
pangan adalah
mendesain kemasan agar terlihat menarik bagi konsumen. Oleh karena itu, dalam
kemasan terdapat warna kemasan, jenis kemasan, fungsi kemasan, dan sasaran
pengemasan.
4.2.1
Warna Kemasan
Di samping
bentuk dari itu sendiri, warna kemasan juga di anggap memiliki dampak yang
penting untuk menarik perhatian konsumen
atau pembeli, selain itu persepsi konsumen akan berubah sejalan dengan
perubahan warna kemasan, berikut pengertian warna kemasan menurut J Paul dan
Jerry C. olson yang dialih bahasakan oleh Damos Sihombing (2003) dalam bukunya
yang berjudul “ Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran ”. yaitu “ Warna
kemasan adalah menggambarkan suatu makna bagi konsumen serta dapat digunakan
secara strategis ”.
4.2.2
Jenis Kemasan
Menurut Philip
Kolter yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2007) bahwa wadah atau
bungkus terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu :
1.
Kemasan Dasar ( Primary
Package)
Adalah kemasan
yang di gunakan sebagai kemasan utama, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung
dengan produk atau isi.
2.
Kemasan Tambahan (Secondary
Package)
Adalah kemasan
yang melindungi dan membungkus kemasan dasar atau primer. Kemasan ini adalah
merupakan media iklan karena terdapat corak karya seni yang melambangkan produk
yang di kemasnya.
3.
Kemasan Pengiriman (Shipping
Package)
Adalah kemasan
yang di gunakan untuk keperluan pengirimian, penyimpanan, dan identitas
terhadap produk. Jenis kemasan ini melindungi kemasan sekunder dan kemasan
primer selama proses distribusi dari produsen ke konsumen.
4.2.3
Fungsi Kemasan
Seperti
telah di kemumkakan bahwa fungsi pembungkus tidak hanya sebagai pembungkus
tetapi lebih luas dari itu, oleh sebab itu menurut Buchari Alma (2005)
pembungkus perlu syarat-syarat berikut :
1.
Sebagai tempat atau wadah
2.
Pembungkus yang menarik
3.
Dapat melindungi
4.
Praktis
5.
Menimbulkan harga diri
6.
Ketepatan ukuran, dan
7.
Pengangkutan
4.2.4
Sasaran Pengemasan
Menurut
J. Paul. Peter dan Jerry C. olson yang dialih bahasakan oleh Damos Sihombing
(2003) dalam bukunya yang berjudul “ Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran
”, ada empet sasaran pengemasan yang harus selalu dpertimbangkan oleh
perusahaan, antara lain sebagai berikut :
1.
Kemasan Harus Melindungi
Produk
harus terlindungi disepanjang perjalanannya melalui saluran distribusi hingga
mencapai sasarannya.
2.
Kemasan Harus Ekonomis
Kemasan
tidak menambahkan biaya yang tidak dibutuhkan pada produk
3.
Kemasan Harus Memberikan Kemudahan
Kemasan
harus memungkinkan konsumen menyimpan dan menggunakannya dengan mudah.
4.
Kemasan Harus Dapat Dijadikan Promosi
Kemasan
secara sfektif dapat di gunakan untuk mempromosikan produk kepada konsumen.
4.3
Tujuan Kemasan
Menurut
Komaruddin Sastradipoetra (2003) pengamasan (packaging) yang dahulu sering di
sebut “ pembungkusan” bertujuan untuk :
1.
Sebagai alat untuk melindungi
Kemasan yang
dirancang dengan tepat akan melindungi produk dari gesekan, benturan,
bantingan, perubahan cuaca, air, api, bahan kimia yang dapat merusak, dan bahan
lain yang dapat mengurangi mutu, jumlah dan penampilan. Kemasan tersebut
menyediakan perlindungan yang cukup ketika suatu produk berada di gudang
produsan dalam pemindahan di gudang penjualan borongan, di pagu-pagu pengecer,
dan di tangan konsumen yang menjadi pengguna terakhir.
2.
Pengemasan sebagai sarana yang memberikan kemudahan
penggunaan
Fungsi kemasan
lainnya adalah fungsi yang dapat memberikan kemudahan bagi penggunaan produk
oleh para pengga atau konsumen. Oleh karena itu, kemasan harus mudah dibuka dan
ditutup tanpa kerusakan yang berarti. Kemasan dapat ditambah dengan alat untuk
mengisi tanpa tumpah, tidak berjauhan dengan pagu pengencer dan lemari rumah
tangga, tidak boleh terlampau berat atau massif.
3.
Pengemasan sebagai sarana untuk penjualan
Kemasan dapat
menjadi pembantu yang bermanfaat ketika pedagang menjual produk yang di
kemasnya. Kemasan yang baik dari kemasan lainnya dalam memberikan perlindungan
terhadap suatu produk dan sekaligus memberikan kemudahan dalam penggunaannya
merupakan alat penjualan yang pasti. Sekali-kali bias jadi orang membeli suatu
produk bukan untuk memperoleh produk yang dibungkusnya, namun justru
kemasannya. Hal ini mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa kemasan itu berguna
untuk keperluan lain, menarik untuk dipajang dan alas an individual lainnya.
Kemasan yang baik pun merupakan alat untuk melakukan promosi.
Dari pendapat di
atas dapat di jelaskan bahwa fungsi pengemasan itu bertujuan untuk melindungi
produk, memberikan kemudahan bagi pemakai dan bertujuan digunakan untuk
keperluan penjualan, maka kegiatan manajemen marketing yang kian besar
fungsinya itu perlu mempunyai kebijakan yang disusun berdasarkan strategi
pengemasan dan memahami tren pengemasan yang terjadi dikemudian hari.
4.3.1
Strategi
Pengemasan
Yang dimaksud dengan strategi pengemasan menurut
Komaruddin Sastradipoetra (2003) yaitu “ Strategi pengemasan (packaging strategi)
dalam manajemen marketing adalah strategi yang meliputi rencana dan metode yang
cermat untuk melindungi dan memberikan kemudahan penggunaan produk dan untuk
keperluan penjualan dengan cara memberikan kemasan yang tepat pada produk
tersebut ”.
Strategi pengemasan harus mempertimbangkan keinginan
dan kebutuhan konsumen, persaingan, kekuatan dan kelemahan organisasi juga
tanggung jawab sosial perusahaan. Strategi pengemasan mengawali dengan
perkiraan konsumen sasaran dengan cara menentukan keinginan konsumen akan
perlindungan, kemudahan pemakaian produk dan informasi yang ada dalam kemasan
produk tersebut. Seusai membuat pertimbangan atas hal-hal seperti itu, lebih
jauh strategi pengemasan perlu membuat sebuah pembungkus yang memenuhi
keinginan sejauh hal itu dapat membantu menghasilkan keuntungan diferensial
atas para pesaing di pasar. Dua pertimbangan lainnya dalam strategi pengemasan
adalah bahwa pembungkus hendaknya memperhitungkan kekuatan dan kelemahan
organisasi dan tanggung jawab social perusahaan kepada public. Suatu perusahaan
yang menggunakan sarana angkutan kelas ekonomi, misalnya bias jadi membutuhkan
bungkus yang kuat. Disini sarana angkuatan merupakan wilayah yang lemah.
Tanggung jawab social strategi pengemasan, misalnya tampak dalam penggunaan
bahan-bahan yang tidak mudah hancur atau tidak mudah di daur ulang, seperti
botol dan berjenis plastik.
4.3.2
Tren
Pengemasan
Yang dimaksud dengan tren pengemasan menurut
Komaruddin Sastradipoetra (2003) yaitu “ Tren pengemasan (packaging trend) adalah luasnya arah umum dalam pengemasan sebagai
salah satu kegiatan dalam menejemen marketing ”.
Berkaitan dengan tren pengemasan ini paling tidak
ada 3 (tiga) buah tren (kecenderungan umum) dalam pengemasan yang terpenting
diantaranya :
1.
Pengemasan
yang berkiblat pada ekologi
Yaitu pembungkusan yang tidak merusak lingkungan
fisik, seperti plastik atau kantong kertas yang dapat hancur dalam waktu pendek
2.
Pengemasan
yang berkiblat pada konsumen
Kiblat ini yang mengharuskan manejer marketing tidak
hanya diwajibkan untuk mempertimbangkan keinginan konsumen, tetapi juga tidak
boleh menyesatkan, mengecoh dan menipunya
3.
Pengemasan
yang dirancang agar dapat mendorong penjualan
Sedangkan menurut Buchari Alma (2005) disamping
pembungkus menguntungkan konsumen maka bagi produsen pembungkus juga bertujuan
untuk :
1.
Melindungi
barang-barang yang dibungkusnya sewaktu barang-barang tersebut bergerak melalui
proses-proses marketing
2.
Memudahkan
pedagang-pedagang eceran untuk membagi-bagi atau memisahkan barang tersebut
3.
Untuk
mempertinggi nilai isinya dengan daya tarik yang di timbulkan oleh pembungkus,
sehingga menimbulkan cirri-ciri khas produk tersebut.
4.
Untuk
identifikasi mudah dikenal karena adanya label/merk yang tertera pada
pembungkus
5.
Pembungkus dapat digunakan sebagai alat komunikasi karena
membawa berita atau catatan mengenai produk itu.
Berdasarkan
penelitian diatas menarik kesimpulan bahwa pembungkus sebagai salesman diam,
sperti di super market, disini para pembeli tidak di layani oleh salesman
tetapi pembeli cukup mengetahui dan memilih barangnya sendiri dengan mambaca
label pada pembungkus.
4.4
Peran Kemasan
sebagai Alat Pemasaran
Menurut Philip
Kolter yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molen (2007) berbagai faktor telah
berperan dalam meningkatnya penggunaan kemasan sebagai alat pemasaran yaitu :
1.
Swalayan
Semakin
banyaknya produk yang dijual secara swa-layan. Dalam took serba ada rata-rata
yang menyediakan 15.000 jenis produk. Seluruh pembelian dilakukan karena
dorongan hati. Oleh karena itu, kemasan harus efektif berperan agar dapat
menarik perhatian, menjelaskan fitur produk tersebut, menciptakan keyakinan
konsumen dan memberikan kesan yang menyenangkan secara keseluruhan
2.
Kemakmuran konsumen
Meningkatnya
kemakmuran konsumen berarti konsumen bersedia membayar sedikit lebih mahal
untuk kenyaman, penampilan, keandalan, dan gensi kemasan yang lebih baik
3.
Citra perusahaan dan merek
Kemasan berperan
sebagai pengangkuan langsung terhadap perusahaan atau merk tersebut
4.
Peluang inovasi
Pengemasan yang
inovatif dapat memberikan manfaat yang besar bagi konsumen dan laba bagi
produsen
Dengan adanya
peranan kemasan tersebut diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa peranan kemasan
tidak hanya mengandalkan strategi dan tren kemasan melainkan juga harus ada
program pengemasan dan kemasan sebagai bagian dari produk untuk terdengar lebih
lengkap sebagai manajemen pengemasan dalam produk pangan maupun non-pangan.
4.4.1
Program
Pengemasan
Semua kegiatan marketing perlu terprogram. Demikian
pula halnya dengan penegmasan. Menurut Komaruddin Sastradipoetra (2003) yang
dimaksud dengan program pengemasan dalam marketing adalah “ segala rencana yang
menetapkan cara pelaksanaan pengemasan produk ”.
Program pengemasan meliputi :
1.
Perencanaan
dan pengkoordinasian kegiatan - kegiatan pengembangan pengamasan melalui
organisasi
2.
Pelaksanaan
riset oleh para ahli yang berpengalaman dalam bidangnya
3.
Pengembangan
dan rekayasa yang sesuai dengan tujuan pengemasan dan efisiensi
4.
Pengujian atas
hasil pengembangan dan rekayasa yang didasarkan pada hasil riset
5.
Spesifikasi
penulisan yang biasanya merupakan gabungan hasil dari spesialis-spesialis dalam
bidang marketing dan teknologi
6.
Pemilahan dan
pengawasan warna agar sesuai dengan tuntutan pasar dan teknologi
7.
Pengawasan
mutu komponen-komponen pengemasan yang merupakan perpaduan antara ahli
marketing dan teknologi
8.
Perakitan dan
penyimpanan informasi, sampel-sampel, dan sebagainya
9.
Penganalisaan
terhadap pengemasan ( produk yang di kembalikan) dan analisis nilai
4.4.2
Kemasan
Sebagai Bagian dari produk
Dalam pemasaran suatu produk, pemberian wadah atau kemasan
dapat memaikan peran yang kecil (misalnya pada pku, sekrup) atau peran yang
penting (misalnya pada kosmetik). Saat ini banyak kalangan orang pemasaran yang
menganggap masalah kemasan (package)
sebagai factor P kelima sesudah harga (price),
produk (product), tempat atau
distribusi (place) dan promosi atau
iklan (Promotion) akan tetapi
kebanyakan orang pemasaran memperlakukan masalah kemasan sebagai salah satu
elemen dari strategi produk.
Menurut W.J. Stantion yang di kutip oleh Komaruddin
Sastradipoetra (2005) yaitu “ A product
is a set of tangible and intangible attributes, including packaging, colour,
price, manufactur’s prestige, and manufacture’s and retailer, which the buyer
may accept as offering want-satisfication ”. Dapat diartikan bahwa produk
ialah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk
didalamnya kemasan, harga, nama baik pabrik, nama baik took yang menjual
(pengecer), dan layanan pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima oleh
pembeli guna memuaskan keinginannya.
Sedangkan menurut Philip Kolter (2005) bahwa “ Produk adalah
segala sesuatu yang dapat di tawarkan kepasar untuk memuaskan keinginan atau
kebutuhan. Produk-produk yang di pasarkan meliputi barang fisik, jasa,
pengalaman, cara-cara, orang, tempat, property, organisasi, dan gagasan ”.
Dengan kedua pendapat diatas dapat di golongkan bahwa
kemasan merupakan sabagai salah satu ciri formal produk, di samping ciri-ciri
lain seperti tingkat kualitas, bentuk, gaya, dan merek. Berdasarkan uraian ini
jelaslah bahwa kemasan merupakan bagian integral dari produk yang dibungkusnya.
Perlu
diingat bahwa bahan kemasan terdiri dari berbagai macam. Bahkan dengan
perkembangan teknologi seperti sekarang, bahan kemasan jua sudah berkembang
begitu pesat. Berbagai penelitian telah menemukan bahan-bahan kemasan baru. Dan
kini ada ribuan macam bahan kemasan.
Bahan
kemasan secara umum dibagi menjadi 2 macam, yaitu kemasan produk pangan dan
kemasan produk non pangan.Kemasan produk pangan umumnya menuntut jaminan
keamanan lebih dari pada kemasan produk non pangan.
Apa saja
jenis kemasan plastic yang termasuk kemasan produk pangan ???
1. PET : singkatan dari Poly Ethylene Theraphalate, berfungsi
untuk mengemas produk yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap udara.
2. Nylon : merupakan gabungan dari
PET dan OPP, berfungsi untuk mengemas produk yang membutuhkan perlindungan
ekstra terhadap udara dan kelembaban.
3. OPP : singkatan dari Oriented Poly Propylene, berfungsi untuk
mengemas produk yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap kelembaban.
4. PVC : singkatan dari Poly Vinyl Citrid, mengeluarkan gas
beracun bila terkena panas, sehingga penggunaannya untuk poduk pangan hanya
diijinkan untuk kemasan luar saja.
5. PO : singkatan dari Poly Olyvin, fungsinya hanya untuk
tampilan keindahan pada kemasan.Warnanya yang bening dan sangat transparan,
menghasilkan efek kilap pada kemasan.
6. PE : singkatan dari Poly Ethylene, fungsinya dalam dunia
kemasan terkenal sebagai seal layer-lapisan perekat.
http://.www.hariyano.hasantua.com
7. PP : singkatan dari Poly Propylene, fungsinya dalam dunia
kemasan sering dipakai untuk pelapis bahan kemasan lainnya, sebagai seal layer,
maupun sebagai kemasan yang berdiri sendiri.
V.
PENUTUP
5.1
Simpulan
Makalah ini berisikan tentang pengemasan. Oleh sebab itu,
dari sekian pembahasan di simpulkan sebagai berikut :
1. Kemasan
memegang peranan yang sangat penting, selain sebagai pembungkus untuk
melindungi suatu produk, juga dalam hal ini suatu kemasan haruslah dapat
membuat konsumen tertarik untuk mengkonsumsi produk tersebut secara berulang
dan hal ini hanya akan berhasil jika merangsang minat beli konsumen dari segi
bahan yang di gunakan, diantaranya desain, ukuran, dan warna yang menarik.
2.
peranan kemasan tidak hanya mengandalkan strategi dan tren
kemasan melainkan juga harus ada program pengemasan dan kemasan sebagai bagian
dari produk untuk terdengar lebih lengkap sebagai manajemen pengemasan dalam
produk pangan maupun non-pangan.
3.
kemasan
merupakan sabagai salah satu ciri formal produk, di samping ciri-ciri lain
seperti tingkat kualitas, bentuk, gaya, dan merek. Berdasarkan uraian ini
jelaslah bahwa kemasan merupakan bagian integral dari produk yang dibungkusnya.
4. Bahan kemasan secara umum dibagi menjadi 2 macam, yaitu kemasan
produk pangan dan kemasan produk non pangan.Kemasan produk pangan umumnya
menuntut jaminan keamanan lebih dari pada kemasan produk non pangan.
5.2
Saran
Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, di butuhkan saran berupa kritik, solusi, dan
masukan yang positif demi menyepurnakan makalah ini, sehingga penulis bisa menyempurnakan
makalah yang akan datang.
Perlu diingat bahwa bahan kemasan
terdiri dari berbagai macam. Bahkan dengan perkembangan teknologi seperti
sekarang, bahan kemasan jua sudah berkembang begitu pesat. Berbagai penelitian
telah menemukan bahan-bahan kemasan baru. Dan kini ada ribuan macam bahan
kemasan.
Makalah ini diharapkan akan memberikan
pemahaman yang bersifat ilmu pengetahuan mengenai dengan pengemasan. Olenya
itu, penulis menghimbau bagi mahasiswa dan para pelajar maupun umum untuk
membacanya, “ sedikit membaca lebih baik dari pada tidak sama sekali ”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar