Senin, 16 November 2015

makalah botani akuatik tentang lamun



Matakuliah Botani Akuatik

TUGAS
MAKALAH LAMUN ( Seagrass )


oleh :
Hariyano Hasantua
13051101016

 

PROGRAM STUIDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2015



Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah tentanglamun” sesuai dengan syarat dan waktu yang telah ditentukan yang merupakan syarat wajib untuk memenuhi Tugas Mandiri Mata kulia Botani Akuatik semester ganjil Tahun Akademik 2015/2016.
Dalam penyusunan tugas ini ada sedikit hambatan yang Penulis hadapi. Namun Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dari teman-teman, sehingga kendala-kendala yang Penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah turut membantu dan memotivasi Penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Dengan terselesaikannya makalah ini, semoga dapat menambah pemantapan dan pemahaman belajar tentang lamun ”. Mudah-mudahan makalah bisa bermanfaat ,walaupun masih terdapat kekurangan atau kesalahan dalam penyusunan maupun penempatan kata-kata. Oleh karena itu, dalam hal ini penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini ke depannya.


                                                                                        Manado 18 Oktober 2015

                                                                                         Penulis




DAFTAR  ISI
Kata pengantar    ..........................................................................................................................................................................................i
Daftar isi  .......................................................................................................................................................................................................ii
BAB I  PENDAHULUAN  ..................................................................................................................................................................1
A.    Latar Belakang ............................................................................................................;...............1
B.     Tujuan .........................................................................................................................................2
BAB II  PEMBAHASAN  ...................................................................................................................................................................3
A.    Definisi Padang Lamu  .................................................................................................................3
B.     Klasifikasi Lamun.........................................................................................................................4
C.     Karakteristik Sistem Vegetatif ......................................................................................................5
D.    Fungsi Padang Lamun  .................................................................................................................9
E.     Faktor-faktor Lingkungan  .........................................................................................................14
F.      Jenis Fauna dan Flora yang Terdapat Pada Padang Lamun .........................................................15
G.    Ekosistem Padang Lamun di Perairan Indonesia..........................................................................15
BAB III  ...............................................................................................................................................18
A.    Kesimpulan ............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................19








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan (Nybakken 1988).
Ekosistem laut merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen abiotik (fisika-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan satu samalain dan saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional. Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari komponen-komponen tersebut maka akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya. Perubahan ini tentunya dapat mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada, baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam keseimbangannya.
Dewasa ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Menurut Bengen (2001) laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masadatang.
Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, Lamun ( Seagrass ) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae ) yang berbiji satu (monokotil ) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Dimana secara ekologis lamun mempunyai beberapa fungsi penting didaerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal diseluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.
Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya,dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustacea, moluska ( Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp), Ekinodermata ( Holothuria sp, Synapta sp, Diadema sp, Arcbaster sp, Lincki sp ) dan cacing ( Polichaeta ) (Bengen 2001).

B.     Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan Makalah Botani Akuatik “Padang Lamun Dalam Ekosistem Laut” adalah sebagai berikut :
1.      Dapat mengetahu apa yang dimaksud dengan padang lamun.
2.      Dapat mengetahui bagaimana ekosistem yang terjadidalam padang lamun itu.
3.      Dapat mengetahui apa saja masalah yang dihadapidalam ekosistem pada lamun ini.










BAB II
PEEMBAHASAN
A.    Definisi Padang Lamun
Perairan pesisir merupakan lingkungan yang memperoleh sinar matahari cukup yang dapat menembus sampai ke dasar perairan. Di perairan ini juga kaya akan nutrien karena mendapat pasokan dari dua tempat yaitu darat dan lautan sehingga merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya. Karena lingkungan yang sangat mendukung di perairan pesisir maka tumbuhan lamun dapat hidup dan berkembang secara optimal. Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga ( Angiospermae ) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun ( Seagrass ) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berkembangbiak dengan biji dan tunas.
Gambar 1 . Padang Lamun dalam Ekosistem Laut
Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang lamun ( Seagrass bed ) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutupsuatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengankerapatan padat atau jarang. Sedangkan sistem (organisasi) ekologi padanglamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut Ekosistem Lamun ( Seagrass ecosystem ). Habitat tempat hidup lamun adalah perairan dangkal agak  berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang.
Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan berbeda dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri ekologis padang lamun antara lain adalah :
1.      Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir.
2.      Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau didataran terumbu karang.
3.      Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang danterlindung
4.      Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.
5.      Mampu melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam air termasuk daur generatif .
6.      Mampu hidup di media air asin.
7.      Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik.
Padang lamun adalah ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang dominan. Lamun ( seagrass ) adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup ( Angiospermae ) dan berkeping tunggal ( Monokotil  ) yang mampu hidupsecara permanen di bawah permukaan air laut (Sheppard et al  1996). Komunitas lamun berada di antara batas terendah daerah pasang surut sampai kedalaman tertentu dimana cahaya matahari masih dapat mencapai dasar laut (Sitania,1998).
B.     Klasifikasi Lamun
Tanaman lamun memiliki bunga, berpolinasi, menghasilkan buah danmenyebarkan bibit seperti banyak tumbuhan darat. Klasifikasi lamun adalah berdasarkan karakter tumbuh-tumbuhan. Selain itu, genera di daerah tropismemiliki morfologi yang berbeda sehingga pembedaan spesies dapat dilakukan dengan dasar gambaran morfologi dan anatomi.
Lamun merupakan tumbuhan laut monokotil yang secara utuh memiliki perkembangan sistem perakaran dan rhizoma yang baik. Pada sistem klasifikasi,lamun berada pada Sub kelas Monocotyledoneae, kelas Angiospermae. Dari 4 famili lamun yang diketahui, 2 berada di perairan Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceae. FamiliHydrocharitaceae dominan merupakan lamun yang tumbuh di air tawar sedangkan 3 famili lain merupakanlamun yang tumbuh di laut.
Di seluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak 52 jenis lamun, di mana diIndonesia ditemukan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili: (1) Hydrocharitaceae, dan (2) Potamogetonaceae. Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antara lain: Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata , dan Thallassodendron ciliatum.
Eksistensi lamun di laut merupakan hasil dari beberapa adaptasi yang dilakukantermasuk toleransi terhadap salinitas yang tinggi, kemampuan untuk menancapkan akar di substrat sebagai jangkar, dan juga kemampuan untuk tumbuh dan melakukan reproduksi pada saat terbenam. Salah satu hal yang paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah hidrophilus yaitu kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawah air.
Secara rinci klasifikasi lamun menurut Den Hartog (1970) dan Menez, Phillips,dan Calumpong (1983) adalah sebagai berikut :
Devisi : Anthophyta
Kelas: Angiospermae
Famili: Potamogetonacea
Sub famili: Zosteroideae
Genus : Zostera, Phyllospadix, Heterozostera.
C.    Karakteristik Sistem Vegetatif 
Bentuk vegetatif lamun memperlihatkan karakter tingkat keseragaman yangtinggi, hampir semua genera memiliki rhizoma yang sudah berkembang dengan baik dan bentuk daun yang memanjang (linear) atau berbentuk sangat panjangseperti ikat pinggang (belt), kecuali jenis Halophila memiliki bentuk lonjong.
Gambar 2 . Morfologi Lamun
Berbagai bentuk pertumbuhan tersebut mempunyai kaitan dengan perbedaanekologik lamun (den Hartog, 1977). Misalnya Parvozosterid dan  Halophilid  dapat dijumpai pada hampir semua habitat, mulai dari pasir yang kasar sampailumpur yang lunak, mulai dari daerah dangkal sampai dalam, mulai dari lautterbuka sampai estuari. Magnosterid dapat dijumpai pada berbagai substrat,tetapi terbatas pada daerah sublitoral sampai batas rata-rata daerah surut. Secara umum lamun memiliki bentuk luar yang sama, dan yang membedakan antar spesies adalah keanekaragaman bentuk organ sistem vegetatif. Menjadi tumbuhan yang memiliki pembuluh, lamun juga memiliki struktur dan fungsi yang sama dengan tumbuhan darat yaitu rumput. Berbeda dengan rumput laut (marine alga/sea weeds), lamun memiliki akar sejati, daun, pembuluh internal yang merupakan sistem yang menyalurkan nutrien, air, dan gas.
1.      Akar
Terdapat perbedaan morfologi dan anatomi akar yang jelas antara jenis lamunyang dapat digunakan untuk taksonomi. Akar pada beberapa spesies seperti  Halophila dan  Halodule memiliki karakteristik tipis (fragile), seperti rambut,diameter kecil, sedangkan spesies Thalassodendron memiliki akar yang kuat dan berkayu dengan sel epidermal. Jika dibandingkan dengan tumbuhan darat, akar dan akar rambut lamun tidak berkembang dengan baik. Namun, beberapa penelitian memperlihatkan bahwa akar dan rhizoma lamun memiliki fungsi yang sama dengan tumbuhan darat. Akar-akar halus yang tumbuh di bawah permukaan rhizoma, dan memiliki adaptasi khusus (contoh : aerenchyma, sel epidermal) terhadap lingkungan perairan. Semua akar memiliki pusat stele yang dikelilingi oleh endodermis. Stele mengandung phloem (jaringan transport nutrien) dan xylem (jaringan yang menyalurkan air) yang sangat tipis. Karena akar lamun tidak berkembang baik untuk menyalurkan air maka dapat dikatakan bahwa lamun tidak berperan penting dalam penyaluran air.
            Patriquin (1972) menjelaskan bahwa lamun mampu untuk menyerap nutrien dari dalam substrat (interstitial) melalui sistem akar-rhizoma. Selanjutnya, fiksasinitrogen yang dilakukan oleh bakteri heterotropik di dalam rhizosper Halophilaovalis, Enhalus acoroides, Syringodium isoetifolium dan Thalassia hemprichiicukup tinggi lebih dari 40 mg N.
Koloni bakteri yang ditemukan dilamun memiliki peran yang penting dalam penyerapan nitrogen dan penyaluran nutrien oleh akar. Fiksasi nitrogen merupakan proses yang penting karena nitrogen merupakan unsur dasar yang penting dalam metabolisme untuk menyusun struktur komponen sel.
Diantara banyak fungsi, akar lamun merupakan tempat menyimpan oksigenuntuk proses fotosintesis yang dialirkan dari lapisan epidermal daun melaluidifusi sepanjang sistem lakunal (udara) yang berliku-liku. Sebagian besar oksigen yang disimpan di akar dan rhizoma digunakan untuk metabolisme dasar sel kortikal dan epidermis seperti yang dilakukan oleh mikroflora di rhizospher.Beberapa lamun diketahui mengeluarkan oksigen melalui akarnya ( Halophilaovalis ) sedangkan spesies lain ( Thallassia testudinum ) terlihat menjadi lebih baik  pada kondisi anoksik.
Larkum et al (1989) menekankan bahwa transport oksigen ke akar mengalami penurunan tergantung kebutuhan metabolisme sel epidermal akar dan mikro flora yang berasosiasi. Melalui sistem akar dan rhizoma, lamun dapat memodifikasi sedimen di sekitarnya melalui transpor oksigen dan kandungan kimia lain. Kondisi ini juga dapat menjelaskan jika lamun dapat memodifikasi sistem lakunal berdasarkan tingkat anoksia di sedimen. Dengan demikian pengeluaran oksigen ke sedimen merupakan fungsi dari detoksifikasi yang sama dengan yang dilakukan oleh tumbuhan darat. Kemampuan ini merupakan adaptasi untuk kondisi anoksik yang sering ditemukan pada substrat yang memiliki sedimen liatatau lumpur. Karena akar lamun merupakan tempat untuk melakukan metabolisme aktif (respirasi) maka konsentrasi CO2 di jaringan akar relatif tinggi.
2.      Rhizoma dan Batang
Semua lamun memiliki lebih atau kurang rhizoma yang utamanya adalahherbaceous, walaupun pada Thallasodendron ciliatum (percabangan simpodial) yang memiliki rhizoma berkayu yang memungkinkan spesies ini hidup pada habitat karang yang bervariasi dimana spesies lain tidak bisa hidup. Kemampuannya untuk tumbuh pada substrat yang keras menjadikan T. Ciliatum memiliki energi yang kuat dan dapat hidup berkoloni disepanjang hamparan terumbu karang.
Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi tergantung dari susunan saluran di dalam stele. Rhizoma, bersama sama dengan akar, menancapkan tumbuhan ke dalam substrat. Rhizoma seringkali terbenam didalam substrat yang dapat meluas secara ekstensif dan memiliki peran yang utama pada reproduksi secara vegetatif dan reproduksi yang dilakukan secara vegetatif merupakan hal yang lebih penting dari pada reproduksi dengan pembibitan karena lebih menguntungkan untuk penyebaran lamun. Rhizoma merupakan 60 – 80% biomas lamun.
3.      Daun
Seperti semua tumbuhan monokotil, daun lamun diproduksi dari meristem basal yang terletak pada potongan rhizoma dan percabangannya. Meskipun memiliki bentuk umum yang hampir sama, spesies lamun memiliki morfologi khusus dan bentuk anatomi yang memiliki nilai taksonomi yang sangat tinggi. Beberapa bentuk morfologi sangat mudah terlihat yaitu bentuk daun, bentuk puncak daun,keberadaan atau ketiadaan ligula. Contohnya adalah puncak daun Cymodocea serrulata berbentuk lingkaran dan berserat, sedangkan C. Rotundata datar dan halus. Daun lamun terdiri dari dua bagian yang berbeda yaitu pelepah dan daun. Pelepah daun menutupi rhizoma yang baru tumbuh dan melindungi daun muda. Tetapi genus Halophila yang memiliki bentuk daun petiolate tidak memiliki pelepah. Anatomi yang khas dari daun lamun adalah ketiadaan stomata dan keberadaan kutikel yang tipis. Kutikel daun yang tipis tidak dapat menahan pergerakan iondan difusi karbon sehingga daun dapat menyerap nutrien langsung dari air laut. Air laut merupakan sumber bikarbonat bagi tumbuh-tumbuhan untuk  penggunaan karbon inorganik dalam proses fotosintesis.
D.    Fungsi Padang Lamun
Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem dilaut dangkal yang paling produktif. Di samping itu juga ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, sebagai berikut :
1.      Sebagai produsen primer : Lamun memiliki tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada dilaut dangkalseperti ekosistem terumbu karang (Thayer et al. 1975).
2.      Sebagai habitat biota : Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempatmenempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makanan berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-ikan karang ( coral fishes ) (Kikuchi & Peres, 1977).
3.      Sebagai penangkap sedimen : Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi, padang lamun disini berfungsi sebagai penangkap sedimen dan juga dapat mencegah erosi (Gingsuburg & Lowestan, 1958).
4.      Sebagai pendaur zat hara : Lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka dilingkunganlaut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.
Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif, ekosistem lamun pada perairan dangkal berfungsi sebagai :
1.      Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui tekanan– tekanan dari arus dan gelombang.
2.      Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang sertamengembangkan sedimentasi.
3.      Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang lamun.
4.      Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit.
5.      Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
6.      Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.
Selain itu secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi wilayah pesisir, yaitu :
1.      Produsen detritus dan zat hara.
2.      Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran yang padat dan saling menyilang.
3.      Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya dilingkungan ini.
4.      Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari.

Selanjutnya dikatakan Philips & Menez (1988), lamun juga sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupun secara modern. Adapun pemanfaatan lamun tersebut baik secara modern maupun tradisional yaitu sebagai berikut :
Secara Tradisional
Secara Modern

*      Dimanfaatkan untuk kompos dan pupuk 

*      Penyaring limbah

*      Cerutu dan mainan anak-anak 

*      Stabilizator pantai

*      Cerutu dan mainan anak-anak 

*      Bahan untuk pabrik kertas

*      Dianyam menadi keranjang

*      Makanan

*      Tumpukan untuk pematangPembuatan kasur (sebagai pengisikasur)

*      Sumber bahan kimia

*      Dan dibuar jaring ikan

*      Dan obat-obatan


Di alam padang lamun membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air. bahkan ada jenis lamun yang dapat dikonsumsi bagi penduduk sekitar pantai. Keberadaan ekosistem padang lamun masih belum banyak dikenal baik pada kalangan akdemisi maupun masyarakat umum, jika di bandingkan dengan ekosistem lain seperti ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem tersebut di kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan fungsi ekologisnya.
Selain itu, padang lamun diketahui mendukung berbagai jaringan rantai makanan, baik yang di dasari oleh rantai herbivor maupun detrivor. Nilai ekonomis biota yang berasosiasi dengan lamun di ketahui sangat tinggi. Ekosistem padang lamun memiliki nilai pelestarian fungsi ekosistem serta manfaat lainnya di masa mendatang sesuai dengan perkembangan teknologi,yaitu produk obat-obatan dan budidaya laut. Beberapa negara telah memanfaatkan lamun untuk pupuk, bahan kasur, makanan, stabilisator pantai, penyaring limbah, bahan untuk pabrik kertas, bahan kimia, dan sebagainya.
Peranan padang lamun secara fisik di perairan laut dangkal adalah membantu mengurangi tenaga gelombang dan arus, menyaring sedimen yang terlarut dalam air dan menstabilkan dasar sedimen (Kiswara dan Winardi, 1999). Peranannya di perairan laut dangkal adalah kemampuan berproduksi primer yang tinggi yang secara langsung berhubungan erat dengan tingkat kelimpahan produktivitas perikanannya. Keterkaitan perikanan dengan padang lamun sangat sedikit di informasikan, sehingga perikanan di padang lamun Indonesia hampir tidak  pernah diketahui. Keterkaitan antara padang lamun dan perikanan udang lepas pantai sudah dikenal luas di perairan tropika Australia (Coles et al  1993).
Ekosistem padang lamun yang memiliki produktivitas yang tinggi, memiliki peranan dalam sestem rantai makanan khususnya pada periphyton dan epiphytic dari detritus yang dihasilkan dan serta lamun mempunyai hubungan ekologis dengan ikan melalui rantai makanan dari produksi biomasanya seperti yang di sajikan pada gambar dibawah ini :
Gambar. Hubungan Ekologis dengan ikan melalui rantai makanan dari produksi biomasanya

E.     Faktor-faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap distribusi dan kestabilan ekosistem padang lamun adalah :
a.       Kecerahan
Penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan sangat mempengaruhi proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan lamun. Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk proses fotosintesa tersebut dan jika suatu perairan mendapat pengaruh akibat aktivitas pembangunan sehingga meningkatkan sedimentasi pada badan air yang akhirnya mempengaruhi turbiditas maka akan berdampak buruk terhadap proses fotosintesis. Kondisi inisecara luas akan mengganggu produktivitas primer ekosistem lamun.
b.      Temperatur
Secara umum ekosistem padang lamun ditemukan secara luas di daerah bersuhu dingin dan di tropis. Hal ini mengindikasikan bahwa lamun memiliki toleransi yang luas terhadap perubahan temparatur. Kondisi ini tidak selamanya benar jika kita hanya memfokuskan terhadap lamun di daerah tropis karena kisaran lamun dapat tumbuh optimal hanya pada temperatur 28 – 30 ͦ C . Hal ini berkaitan dengan kemampuan proses fotosintesis yang akan menurun jika temperatur  berada di luar kisaran tersebut.
3.      Salinitas
Kisaran salinitas yang dapat ditolerir tumbuhan lamun adalah 10 – 40 ‰ dan nilai optimumnya adalah 35 ‰. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk melakukan fotosintesis. Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi juga terhadap jenis dan umur. Lamun yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih. Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas.
4.      Substrat
Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai karang. Kebutuhan substrat yang utama bagi pengembangan padang lamun adalah kedalaman sedimen yang cukup. Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup 2 hal yaitu : pelindung tanaman dari arus laut dan tempat pengolahan dan pemasok nutrien.
5.      Kecepatan arus
Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Thallassia testudium mempunyai kemampuan maksimal untuk tumbuh.
F.     Jenis Fauna dan Flora yang Terdapat Pada Padang Lamun
Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya,dengan keanekaragaman biota yang juga cukup tinggi. Pada ekosistem ini hidup beraneka ragam biota laut, seperti ikan, krustasea, moluska ( Pinna sp  , Lambis sp , Strombus sp ) Ekinodermata ( Holothuria sp , Synapta sp , Diadema sp , Archaster sp , Linckia sp ) dan cacing Polikaeta.
G.    Ekosistem Padang Lamun di Perairan Indonesia
Indonesia yang memiliki panjang garis pantai 81.000 km, mempunyai padang lamun yang luas bahkan terluas di daerah tropika. Luas padang lamun yang terdapat di perairan Indonesia mencapai sekitar 30.000 km2 (Kiswara danWinardi, 1994).
Jika di lihat dari pola zonasi lamun secara horisontal, maka dapat dikatakan ekosistem lamun terletak di antara dua ekosistem bahari penting yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang ( pada gambar dibawah ). Dengan letak yang berdekatan dengan dua ekosistem pantai tropik tersebut, ekosistem lamuntidak terisolasi atau berdiri sendiri tetapi berinteraksi dengan kedua ekosistem tersebut.
Adanya interaksi yang timbal balik dan saling mendukung, maka secara ekologis lamun mempunyai peran yang cukup besar bagi ekosistem pantai tropik. Adapun peran lamun tersebut ( Nienhuis et al , 1989; Hutomo dan Azkab, 1987; Zulkifli, 2000 ) adalah sebagai berikut:
1.      Produsen primer, dimana lamun memfiksasi sejumlah karbon organik dan sebagian besar memasuki rantai makanan di laut, baik melalui pemangsaan langsung oleh herbivora maupun melalui dekomposisi serasah.
2.      Sebagai habitat biota, lamun memberi perlindungan dan tempat penempelan hewan dan tumbuh-tumbuhan.
3.      Sebagai penangkap sedimen, lamun yang lebat memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh arus dan ombak.
4.      Sebagai pendaur zat hara.
5.      Sebagai makanan dan kebutuhan lain, seperti bahan baku pembuatan kertas. Sedangkan dalam Fortes (1990), peran lamun bagi manusia baik langsung maupun tidak langsung, dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a.       Peran tradisional, seperti sebagai bahan tenunan keranjang, kompos untuk  pupuk .
b.      Peran kontemporer, seperti penyaring air buangan; pembuatan kertas.




















BAB III
PENUTUP

B.     Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dibuat dapat disimpulkan bahwa:
1.      Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya,dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustacea, moluska ( Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp), Ekinodermata ( Holothuria sp, Synapta sp, Diadema sp, Arcbaster sp, Lincki sp ) dan cacing ( Polichaeta ) (Bengen 2001).
2.      Lamun mempunyai 3 sistem pollinasi ( cara menghasilkan pollen ) yaitu Hydrophilous pollination,Ephydrophily,dan Dispersal.
3.      Lamun merupakan tumbuhan laut monokotil yang secara utuh memiliki perkembangan sistem perakaran dan rhizoma yang baik. Pada sistem klasifikasi,lamun berada pada Sub kelas Monocotyledoneae, kelas Angiospermae. Dari 4 famili lamun yang diketahui, 2 berada di perairan Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceae. FamiliHydrocharitaceae dominan merupakan lamun yang tumbuh di air tawar sedangkan 3 famili lain merupakanlamun yang tumbuh di laut.






DAFTAR PUSTAKA

Anonim, http://naskleng.blogspot.com/2008/05/ekosistem-padang-lamun definisi.html  diakses pada tanggal 25 Mei 2014,pukul 17.00 WITA Arthana, I.W. 2005.
Jenis dan Kerapatan Padang Lamun di Pantai Sanur Bali. Jurnal  Lingkungan Hidup.
Volum 5, Nomor 2.Dikutip dari http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/jeniskerapatan.pdf . Diakses pada tanggal 25 Mei 2014,pukul 17.00 WITA Azkab, M.H. 1999.
 Pedoman Inventarisasi Lamun. Jurnal Oseana. Volum XXIV, Nomor 1, Halaman1-1 6.Dikutip dari:http://www.oseanografi.lipi.go.id/attachments/228_PedomanInventarisasiLamun.pdf . Diakses pada tanggal 25 Mei 2014,pukul 17.00 WITA Klion Ngongiraa, Marnix L. D. Langoya, Deidy Yulius Katilia, Pience V. Maabuataa.2014.
 Keanekaragaman Lamun di Pantai Tongkaina Kecamatan Bunaken  Kota Manado.Jurnal.
 Published by FMIPA UNSRAT (2014).Dikutip dari http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo . Diakses pada tanggal 25 Mei 2014,pukul 17.00 WITA Moosa, M.K., dan Aswandy, I. 1999.
Krustasea dari Padang Lamun Di Perairan Lombok Selatan Jurnal.PuslitbangOseanologi-LIPI.Dikutipdari http://www.coremap.or.id/downloads/1995.pdf . Diakses pada tanggal 25 Mei 2014,pukul 17.00 WITA .




Tidak ada komentar:

Posting Komentar